Dance with My Father
Dan, ayah sekarang tak lagi berada di sampingku. Dia telah jauh meninggalkan kami, berjalan sendirian di sebuah tempat yang gelap. Aku ingin menyambangi ayah dan memberikan alat penerang kepadanya. Tapi aku pun tak tahu di mana ayah berada? Ayah pergi dari kami, menapaki hidupnya yang baru.
Sering kali aku melihat ibu menangis. Di kamarnya, yang sekarang penuh dengan hiasan foto diri ayah, juga potret keluarga kami yang dulu selalu ceria dalam kebersamaan. Ibu terus saja memandangi foto-foto itu seakan ingin berbagi kembali dengan ayah. Emosiku luap saat melihat kesedihan ibu yang jelas sekali terpancar di wajahnya, aku menangis dari balik pintu. Sedemikian parahnya kehidupan kami semenjak ditinggalkan ayah. Hingga ibu kehilangan begitu dalam.
Ayah adalah hidup kami, dan dengannya kami tumbuh tegar. Namun sekarang, semua seolah menjadi pudaran asa yang terus menekan kami. Merenggut keceriaan kami, menjadikan aku dan ibu lemah. Ini berjalan dari hari ke hari, sampai kesehatan ibu semakin tak terkendali. Dia pun jatuh sakit di antara hamparan foto ayah. Aku hanya bisa merintih ketika dokter memeriksanya. Tak jelas penyakit apa yang diderita ibu. Sang dokter pun tak mampu menjelaskan. Aku tahu ini akibat kehilangan ibu terhadap sosok ayah. Terisak oleh kepergian ibu, aku pun akhirnya merelakannya untuk bersanding dengan ayah. Mereka kini hidup bersama dalam cinta, di ruang yang sangat berbeda dariku. Semoga kelak surga menerima mereka.
Post a Comment