Header Ads

Americana Idol 2008 dan Kecurangan-kecurangannya (Extended Version)

Jujur aku menikmati acara pencarian bakat terpopuler American Idol. Bukan karena paras dan teknik vokal para kontestan yang menawan, tapi karena aku berkeinginan untuk mencuri sesuatu di balik konser megah itu. Satu, cara menampilkan kemampuan diri yang baik dan profesional. Dua, cara mengkritik secara objektif ala Simon Cowell. Tiga, berpikir kritis lagi-lagi ala Simon Cowell. Empat, belajar berempati layaknya Paula Abdul. Lima, spontanitas dan kejujuran Randy Jackson, ini tercampur dengan sikap fanatismeku terhadap orang kulit hitam. Dan selebihnya keunggulan-keunggulan lain dalam penampilan para kontestan. Aku menikmati acara itu dan menerka barangkali si imut itu jadi juara, si migran itu yang keluar sebagai pemenang, si negro cantik yang akan jadi kampiun, atau si country yang jadi pengakhir acara. Tapi, semua terhapus oleh satu episode bernama IDOL GIVES BACK.

Bagaimana tidak, acara yang dikabarkan di Amerika Serikat sendiri ditonton lebih dari empat puluh juta, kini berubah menjadi sebuah propaganda AS dengan maksud memperkuat cengkeraman hegemoninya. Tak bisa dipungkiri bahwa kontes dengan brand ini telah menjadi momok menyenangkan bagi berjuta-juta remaja dunia. Rindunesia Idol, bla bla Idol, brut brut Idol, pret pret Idol, semua yang berbau idol adalah jaminan mutu ketenaran. Penjajahan terselubung sekarang terungkap.

Beralasan sebagai acara amal, AI seakan ingin menunjukkan kepada dunia bahwa  AS masih punya hati buat orang papa, miskin, anak-anak terlantar, penderita AIDS, narkoba, orang cacat. Ah betapa naifnya. Ada salah satu adegan di mana si Randy bersama Paula Abdul mengajak seorang anak berkeliling. Anak kecil itu mengungkapkan isi hatinya; kami kekurangan tanah lapang untuk bermain, kami takut bermain malam-malam karena banyak orang ugal-ugalan. Bedebah?! Apakah mereka tidak pernah tahu bahwa akibat perang Irak, berjuta-juta anak menderita. Apakah mereka tidak sadar kekacauan yang ditimbulkan oleh spekulan AS hingga membuat ekonomi dunia kocar-kacir. Apakah mata mereka buta dengan memori perang Vietnam yang membuat janda-janda terlantar. Apakah mereka masih menyembunyikan kenyataan bahwa mereka membuat semacam kelinci percobaan dengan melemparkan vaksin ke benua Afrika untuk penelitian efektivitas obat-obatan mutakhir. Oh sungguh polisi dunia yang bejat!

Kedok itu telah terungkap dan terpampang jelas. Mereka berusaha memperbaiki citra negara mereka yang diambang kehancuran. Di tantang oleh kekuatan ekonomi Cina dan India, bersaing ketat dengan Iran untuk masalah nuklir, menghadapi rangsekan Eropa, dan Rindunesia (suatu hari nanti).

Apakah kita masih percaya dengan American Idol sebagai tayangan bergizi yang menularkan profesionalitas? Masih terus ditelusuri. Bukan hanya CIA yang berhak menjadi detektif, kita berhak juga bukan?

 

 

 

4 komentar:

  1. hahah..ilmu public relations-nya sudah mantap kalah orang islam

    BalasHapus
  2. Mmm ... apa benar begitu? hehehe
    Aku ndak masuk ke ruang agama looo .... hehehe

    BalasHapus
  3. Terima kasih ... Jadi melayang nih tubuhku ... Hahaha
    Jadi kangen ama guru Kimia SMA ku. Analisis apa gitu!
    Beuh ... aku tuh ya paling ndak suka ama Kimia!
    Lo kok malah melebar pembahasane ... kikkikikikkkk

    BalasHapus