Header Ads

Mama Judes? Ambil Plester Saja ...

    Kamar Hetty pecah. Tak tentu arah. Oleng ke sana, oleng ke mari. Semua tak terdefinisi. Ada kotak kosmetik, isinya berhamburan. Ada lagi ranjang tidur yang membujur miring. Tak lagi tegak. Belum lagi baju-bajunya, berkelebat, berceceran dan entah kata apa yang sesuai dengannya. Semua hancur tak berkeping.
   Mama Hetty masuk ke dalam kamar anak gadisnya.
   "Apa-apan ini! Kamu itu manusia apa manusia? Mama tidak mendidikmu untuk menjadi nahkoda kapal!"
   "Ma, ini kan seni Ma." jawab gadis itu cuek.
   "Seni? Air seni kuda yang kau maksud? Perhatikan ... Dengar kembali cerita Mama. Perintah Mama. Mama dididik eyangmu sangat ketat. Baju harus rapi, kasur harus diganti seprai setiap hari. La, ini kamu ... anak perempuan apa anak loteng, sih?"
   "Ma, sabar Ma. Hetty baru berekspresi kayak Pablo Picasso. Kemarin kan Mama kasih Hetty buku Pablo Picasso."
   "Tapi bukan begini caranya, Hetty ... Kamu itu alasan saja!"
   "Ma, apa salahnya Hetty berpikiran sedikit liar? Sekali-kali di luar jalur. Hetty bukan Mama. Mama pun bukan Hetty. Bukannya Mama dulu mempercayakan sepenuhnya tanggung jawab mengatur kamar ini?"
   " ...."
   "Hetty cuma butuh Mama percaya dan lihatlah hasil sekolahku, Ma."
   "Oke. Mama terima. Tapi tolong lipstik Mama jangan dipakai ya. Kamu belum begitu besar. Aku lihat di kotak kosmetikmu itu ada lipstik Mama. Mama butuh lipstik itu sekarang. Mama mau pesta."
   "Oke, Ma."


Tidak ada komentar