TV Uneducational Thing
Jauh dan dekat adalah sebuah konsekuensi yang harus ditanggung dalam segala hal. Jika terlalu dekat maka menjauh sedikit, namun jika terlalu jauh berusahalah sedikit melepaskan ego.
Prinsip keseimbangan, Yang Ying, layak diterapkan karena dengan prinsip ini hidup lebih bisa dipertanggungjawabkan.
Jika kita perhatikan sepak terjang bisnis pertelevisian di Indonesia, harus diakui mengalami kemajuan yang sangat menggembirakan. Kran-kran kebuntuan dalam berfikir mulai ada titik terang menuju kedewasaan dalam berfikir.
Memang dibutuhkan waktu untuk belajar mengelola kehidupan ini, jatuh bangun adalah sebuah proses yang harus kita hargai bersama. Walaupun memang harus diakui bahwa kadang ada lubang tapi itu wajar dan masih masuk akal. Seperti bayi yang belajar merangkak, berdiri, makan, membaca dan semua berjalan tanpa titik henti.
Tapi disatu sisi diperlukan kontrol moralitas yang menjadikan pergerakan masih masuk dalam kisaran "kemanusiaan". Dibutuhkan!
Saya jadi ingat kritik salah seorang model papan atas yakni Ratih Sang. Patut diberi penghargaan bahwa model itu telah menggeser pola fikirnya ke "berbusana tertutup" (Dan kita juga harus memberi kemahfuman jika artis yang semula "bertopi" menanggalkan penutup kepala mereka).
Ratih Sang mengungkapakan kejengahannya oleh booming penggunaan kalimat "kasian deh lo!". Kalau disimak lebih cerdas, kalimat ini mengandung pelecehan verbal. Seolah-olah menganggap orang lain tidak mampu melakukan sesuatu, padahal jika kita berfikir orang lain tak mampu maka sesungguhnya kita sendiri dalam ketidakmampuan.
Memang sangat tipis perbedaan lawakan dan norma, tapi jika kita mau maju gunakan bahasa yang baik.
Satu lagi yang mengganjal adalah iklan di televisi terbaru (maaf nama produknya lupa#$%&*), ada ucapan "Modyaarrrr.....", wow saya sampai tak habis fikir kenpa bisa masuk ke televisi?
Bahasa rimba raya itu.....Tapi anehnya kita menganggap lucu dan biasa
Masih banyak ucapan yang tidak wajar yang sudah masuk dunia yang mudah dilihat bernama Televisi.
Jika mau maju mari bersama-sama "meninggalkan TV"...
Saya hanya berkomentar saja dan akan mempelajarinya dalam gerak langkah ke depan.
"Bahasa menunjukkan Budaya dan Karakter Bangsa" memang seratus persen benar.
Kita akan memilih mana "Bangsa yang dungu atau Bangsa Ceroboh atau Bangsa Apa adanya", tinggal kita yang menentukan...
Saya belajar...
Prinsip keseimbangan, Yang Ying, layak diterapkan karena dengan prinsip ini hidup lebih bisa dipertanggungjawabkan.
Jika kita perhatikan sepak terjang bisnis pertelevisian di Indonesia, harus diakui mengalami kemajuan yang sangat menggembirakan. Kran-kran kebuntuan dalam berfikir mulai ada titik terang menuju kedewasaan dalam berfikir.
Memang dibutuhkan waktu untuk belajar mengelola kehidupan ini, jatuh bangun adalah sebuah proses yang harus kita hargai bersama. Walaupun memang harus diakui bahwa kadang ada lubang tapi itu wajar dan masih masuk akal. Seperti bayi yang belajar merangkak, berdiri, makan, membaca dan semua berjalan tanpa titik henti.
Tapi disatu sisi diperlukan kontrol moralitas yang menjadikan pergerakan masih masuk dalam kisaran "kemanusiaan". Dibutuhkan!
Saya jadi ingat kritik salah seorang model papan atas yakni Ratih Sang. Patut diberi penghargaan bahwa model itu telah menggeser pola fikirnya ke "berbusana tertutup" (Dan kita juga harus memberi kemahfuman jika artis yang semula "bertopi" menanggalkan penutup kepala mereka).
Ratih Sang mengungkapakan kejengahannya oleh booming penggunaan kalimat "kasian deh lo!". Kalau disimak lebih cerdas, kalimat ini mengandung pelecehan verbal. Seolah-olah menganggap orang lain tidak mampu melakukan sesuatu, padahal jika kita berfikir orang lain tak mampu maka sesungguhnya kita sendiri dalam ketidakmampuan.
Memang sangat tipis perbedaan lawakan dan norma, tapi jika kita mau maju gunakan bahasa yang baik.
Satu lagi yang mengganjal adalah iklan di televisi terbaru (maaf nama produknya lupa#$%&*), ada ucapan "Modyaarrrr.....", wow saya sampai tak habis fikir kenpa bisa masuk ke televisi?
Bahasa rimba raya itu.....Tapi anehnya kita menganggap lucu dan biasa
Masih banyak ucapan yang tidak wajar yang sudah masuk dunia yang mudah dilihat bernama Televisi.
Jika mau maju mari bersama-sama "meninggalkan TV"...
Saya hanya berkomentar saja dan akan mempelajarinya dalam gerak langkah ke depan.
"Bahasa menunjukkan Budaya dan Karakter Bangsa" memang seratus persen benar.
Kita akan memilih mana "Bangsa yang dungu atau Bangsa Ceroboh atau Bangsa Apa adanya", tinggal kita yang menentukan...
Saya belajar...
Post a Comment