Topeng Monyet dalam Legenda
Siapa bilang hiburan rakyat tidak menjajikan sejuta pesona dalam bisnis dan pemuasan kebutuhan manusia akan rasa seni. Di tengah hingar bingar bisnis hiburan pertelevisian yang mengeksploitasi manusia sebagai objek tayangan, pagi tadi saya dikejutkan oleh sebuah berita yang menampilkan seorang penghibur sejati –tak lekang oleh zaman- yakni Topeng Monyet.
Jika kita jengah dengan hiburan yang selama ini kita cekokkan di dalam otak kita, seperti lenggokan pantat penyanyi dangdut atau tusuk-tusukan film Mandarin- selayaknya kita mencoba alternatif hiburan sang superstar dunia binatang. Ya, hiburan topeng monyet menawarkan kepada kita eksotika untuk melanglang buana ke dunia kita terdahulu –kalau anda percaya teori evolusi Charles Darwin.
Dua dekade yang lalu kita masih dengan mudah menemui sandiwara sang monyet di sudut gang maupun perkampungan tempat tinggal kita. Saat itu sang sutradara meraup keuntungan yang sangat besar ketika dia memberikan arahan kepada anak didiknya bagaimana berakting yang baik dan benar. Tak ketinggalan tepuk tangan dan sorak sorai para pengunjung juga menambah kesemarakan acara dengan uluran tangan yang memberi sekedar recehan. Sungguh megah.
Apa lacur ketika dunia sudah semakin sempit dan teknologi informasi seakan mendekatkan seorang artis dengan para penikmat jagad hiburan. Topeng monyet menjadi barang yang langka. Seolah-olah ketika menjumpai hal-hal yang berbau masa lalu adalah barang najis yang harus ditutup rapat dengan segala riuh rendahnya.
Suatu kejutan...
Acara berita pagi di sebuah televisi swasta kembali menegakkan supremasi hiburan tradisional.”Topeng monyet masih berjaya”, begitu pekik berita tersebut. Di daerah Pandeglang, Jawa Barat, disebutkan terdapat pusat pelatihan monyet-monyet untuk dididik menjadi seorang pemain sandiwara topeng monyet yang handal. Jadi teringat ketika memasuki pelatihan di perusahaan X, waktu itu saya menjadi benar-benar buta dan ikut saja dengan aturan-aturan. Sungguh menyebalkan. Ah, kembali ke topik sang nyemot eh monyet....Monyet yang berjumlah sekitar seribu dilatih bagaimana berdiri tegak,
Setelah dipastikan mampu menyerap sang guru latih –mendapatkan sertifikat kelulusan “Kursus Kemonyetan”- dengan minimal semua mata pelajaran minimal nilai C, maka harga jual monyet akan melambung berkisar antara 1 juta sampai dengan 3 juta. Hal ini dimungkinkan apabila monyet mendapatkan Surat Izin Monyet (SIM) dari padepokan Prajamusti, karena kepandaiannya, maka volume otaknya akan membesar sehingga pesanan dari warung makan –menu utama rica-rica otak monyet- menjadi meningkat tajam. Perincian biaya bisnis monyet adalah sebagai berikut:
Waktu pendidikan per monyet 3 bulan Biaya Pelatihan - Jumlah monyet : 1000 ekor - biaya makan per ekor/hari : 1500 rupiah - biaya makan seluruh monyet : 1000*1500 rupiah 1.500.000 rupiah - biaya makan seluruh monyet selama pendidikan : 1.500.000*3 rupiah 4.500.000 rupiah - peralatan pendidikan (payung, make up, gerobak, pacul,dll) : 5.000.000 rupiah - pelatih sebanyak 10 orang, @250.000/bulan - biaya untuk pelatih : 250.000*10*3 rupiah 7.500.000 rupiah - administrasi, @100.000/bulan : 100.000*3 rupiah 300.000 rupiah - beli monyet bodoh : @ 250.000 rupiah - biaya pembelian monyet bodoh : 1000*250.000 rupiah 250.000.000 rupiah - biaya wisuda (toga dan ijazah) : 100.000*1000 rupiah 10.000.000 rupiah Jumlah 277.300.000 rupiah Penjualan - kisaran monyet cerdas dijual : @1.000.000 rupiah - harga jual seluruh lulusan monyet : 1.000.000*1000 rupiah 1.000.000.000 rupiah Keuntungan Penjualan - Biaya Pelatihan : 1 milyar - 277,3 juta rupiah : 722.7 juta rupiah Keuntungan per bulan : 722.7 / 3 juta rupiah : 240.9 juta rupiah
Dari hitungan di atas dapat kita lihat bahwa sungguh fantastik dan menggiurkan bisnis pendidikan monyet untuk dijadikan pemain sandiwara topeng monyet keliling. Hitungan di atas belum termasuk pemasukan sehari-hari saat pentas dilakukan selama masa pelatihan 3 bulan –katakanlah seperti ujian latihan menghadapi para calon penggemar fanatik. Sungguh inspirasi yang tak ternilai jika kita menggunakan ukuran otak biasa.
Coba kita bandingkan dengan bisnis sirkus yang melibatkan pelbagai binatang –gajah, jerapah, singa, kuda, dan sebagainya. Bisnis ini membutuhkan ketelatenan yang rumit dan tentu membutuhkan modal yang tak sedikit. Belum lagi sewa tanah untuk pertunjukkan yang mahal di daerah padat penduduk, tentu hal ini menguras kocek seorang manajer pertunjukkan.
Memang negara
Pelajaran dari monyet adalah “Monyet saja bisa berfikir bisnis, selain menghibur juga menghasilkan uang, masak manusia tidak bisa?”. Tinggal bagaimana kita apakau mau menjadi monyet bodoh yang belum terlatih atau menjadi “monyet” yang lulus mendapat gelar Sarjana Topeng Monyet. Silahkan memilih!
Post a Comment