Header Ads

Ketika Aa’ Berpoligami

Pagi itu tepat pukul 6.00 WIB, Ustadz Aa’ Gymnastic sedang menikmati tayangan Renungan Hati di sebuah stasiun televisi swasta yang menampilkan dirinya sebagai pengasuh acara tersebut. Hal ini sering ia lakukan untuk menelaah, mengoreksi kembali ucapan yang telah dikeluarkan pada Mujahadah di pelataran Padepokan Berhati Kaca. Dengan buku agenda yang telah dia persiapkan untuk mencatat kekurangan dalam penyampaian materi, ia begitu asyik dengan analisis dan strategi dakwah ke depan agar dapat masuk ke hati pemirsa.


 


Acara yang berdurasi satu jam, dengan deretan iklan yang begitu banyak menandakan disukai pemirsa, berlangsung sangat syahdu dan mengurai air mata. Tapi tiba-tiba alat pengendali (remote contol, peny) televisi direbut oleh sang istri, lebih dikenal media sebagai Teh Poci karena nama aslinya adalah Siti Poniyem Suciwati –nama khas Sunda, sering diulang-ulang. Istri yang selalu menemani kemanapun dan dimanapun sang ustadz berceramah, menjadi hiasan sebagai istri yang setia dengan pengaturan kalimat dalam bertutur yang sangat aduhai, menginginkan channel televisi digantikan oleh acara sinetron dan gossip show layaknya ibu rumah tangga biasa. Alasan yang dikemukakan oleh Teh Poci adalah dia mengalami kebosanan terus-menerus mendampingi Aa’ yang menjadi panutan masyarakat.


 


Trens TV, 7.oo WIB; Insert (Informasi Selebritis), berita utama yang diangkat:


-          Perceraian Titi DJ Vs. Andi Mc. Dowell


-          Selingkuh anggota DPR Vs. Penyanyi Dangdut, Meriyya Epa


-          Penyiksaan Ratu Medussa kepada Andhy Romdani (hehehehe), manajer sekaligus pacar penyanyi JOS Dangdut Andienia Matabola.


 


ROTI Oke, 7.15 WIB; Sergap (Acara Terorisme), berita teraktual:


-          Seorang duda berumur 60 tahun memerkosa gadis bisu yang masih belia


-          Kemaluan suami dipotong istri karena cemburu akan dimadu


 


Aa’ yang baru dari kamar kecil -menyelesaikan hajatannya- segera mengambil alih kendali tontonan karena kecenderungan televisi di Indonesia mengarah ke ghibah. Sejak kejadian di minggu pagi itu, cerita berlanjut dengan aliran yang menggelinding pelan, kadang-kadang terpercik api dan diakhir cerita penuh kejutan.


 


Latar Belakang Diri


 


Siapa tak kenal dengan Aa’ Gymnastic, pendakwa muda yang beberapa tahun belakangan mendapatkan perhatian massa dengan ujaran simpatik nan mengajak umat untuk berbuat baik. Ustadz sejuta umat, lebih satu pendukung lewat polling SMS, yang sekarang menggantikan posisi pendahulunya Kyai Zainuddin MC. Aa’ merebut pangsa pasar “pencerahan hati” melalui program Manajemen Kalbu (MK) dan sampai dengan saat ini diversifikasi usaha yang penuh dengan strategi bermutu. Cobalah kita simak usaha pendirian pondok pesantren Berjuang Tahuhid (BT), lalu Televisi Manajemen Kalbu sampai dengan wisata religi dalam naungannya.


 


Masih teringat beberapa tahun silam Sang Ustadz mengawali karir ceramah agama dengan peluh dan kerja keras tiada henti. Tekadnya semakin bulat ketika pada saat itu kondisi bangsa sedang mengalami kekalutan, ditambah dengan produktivitasnya semakin meningkat dengan bukti telah dihasilkannya tiga orang anak dari Teh Poci. Hal ini membulatkan tekadnya untuk bekerja keras demi kelangsungan keluarganya sekaligus berdakwah mengajak masyarakat kepada kebaikan.


 


Dari tukar fikiran yang dilakukan Aa’ dengan kyai senior sebagai pembimbing spiritualnya, didapatkan kesimpulan bahwa mengingat kecenderungan bangsa Indonesia yang sangat menyukai dunia hiburan, maka diputuskan strategi dakwah akan memanfaatkan media televisi. Rasa sayang masyarakat yang terlalu berlebihan kepada si kotak ajaib akan dimanfaatkan untuk sedikit memalingkan masyarakat kepada garis hidup berupa agama.


 


Waktu berlalu dengan cepatnya, eksperimen yang dilakukan mulai menuai hasil menggembirakan. Singkat cerita kepopuleran sang ustadz melesat seperti busur panah yang dilepaskan dengan perhitungan matang. Gambaran seorang tokoh yang sederhana, tangguh, ulet dan penuh perjuangan benar-benar mampu diperankan Aa’ dengan amat sempurna. Semua insan Indonesia, yang selama ini kehilangan sesosok pimpinan, menjadi tersihir untuk sekedar mengikuti mulai dari gaya bicara, perilaku bahkan berpakaiannya.


 


Sepak terjang Ustadz muda yang sekarang ini beranak 7, sebuah karya indah bersama Teh Poci, mulai mendapat ekoran dari Ustadz-ustadz lain. Dimulai dengan kehadiran Ustadz Jeprit mengusung entertainment dakwah melalui nyanyian-nyanyian pop, Ustadz Aripin yang mengumbar airmata kesedihan saat berdakwah atau Ustadz Encup Mansyur yang mengandalkan kekuatan bersedekah apabila ingin meraih kesuksesan. Makin banyaknya pemain “perdagangan agama”, namun bertujuan baik, menambah semaraknya kehidupan beragama di Indonesia yang selama ini mengalami kemandegan akibat krisis multidimensional.


 


Tetapi sekarang pertanyaannya adalah seberapa besar pengaruh keberadaan ustadz dalam perbaikan kondisi moral bangsa yang telah carut-marut. Sungguh teramat kompleks persoalan bangsa ini sehingga dibutuhkan kebesaran hati setiap warga negara untuk mengakui kesalahan diri dan bersama-sama berjuang menuju kebaikan. Kita tidak boleh berharap berlebihan sebelum diri kita tergerak untuk mengubah kondisi. Berawal dari yang kecil menjadi besar, begitu petuah orang tua berbicara.


 


Poligami sebuah kontroversi


 


Poligami menjadi terangkat keberadaannya ketika Aa’ menikah kembali dengan pujaan hati barunya. Seorang mantan model, sekarang menjanda dengan tiga anak, yang telah didekati hampir lima tahun bernama lengkap Sri Utami Putri (dipanggil Teh Sruput) berhasil dinikahinya. Berita ini benar-benar menjadi topik terhangat dan menggeser beberapa acara favorit seperti Hidayah dan sinetron Intan. Sampai dibutuhkan konferensi pers untuk menjelaskan duduk persoalan.


 


Memang sudah menjadi resiko menjadi seorang public figure sehingga ruang gerak mereka menjadi tidak bebas karena kilatan lampu blitz kamera. Juru tulis berita miring dengan leluasa mengobrak-abrik ruang pribadi ustadz pop sehingga jelas sudah kiprahnya. Tontonan dari kamar berdinding kaca dengan mudah dilihat umum, anehnya ini dianggap hal yang wajar.


 


Ada baiknya pembahasan ini kita lepaskan dari sisi agama, karena sudah sangat jelas banyak persyartan yang dibutuhkan untuk memiliki istri lebih dari satu. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan kepada khalayak di balik peristiwa ini.


 



  1. Didasari kegeraman seorang ustadz yang miris melihat tayangan infotainment yang menjamur, menawarkan sisi glamoritas, materialisme dan hedonisme, dalam hati kecilnya ia ingin berbuat untuk mengubah keadaan ini. Seperti kasus perceraian artis ternama, dengan pemberitaan yang dilebih-lebihkan, dihidangkan kepada masyarakat bak menu makanan wajib yang harus berada di meja makan. Mereka yang telah bertahun-tahun hidup bersama dan sudah dianggap sebagai potret keluarga ideal, dikabarkan bubrah rumah tangganya karena hal yang sepele saja. Tapi pemerintah tidak tanggap bahwa pemberitaan ini mempengaruhi –sedikit banyak bagi- kehidupan psikologis keluarga di Indonesia. Seolah Aa’ memberikan serangan balik kepada kasus-kasus semacam ini.

  2. Menilik salah satu kasus yang terbaru perselingkuhan antara anggota DPR dan artis dangdut, maka Aa’ beralasan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa daripada berbuat kenistaan maka lebih baik berpoligami.

  3. Pelajaran ketiga adalah proses pendewasaan berfikir bagi masyarakat –yang masih butuh perbaikan fundamental- dimana Aa’ mengajarkan bahwa sesuatu yang biasa janganlah dijadikan hal yang luar biasa. Bangsa kita masih terhinggapi budaya gagap, apapun yang baru dianggap baik, padahal ini belum tentu cocok dengan karakter kita. Jika mau jujur, jumlah perempuan –di Indonesia khususnya- sangat melebihi jumlah lelaki. Ditambah lagi dengan tingkat egoisitas lelaki yang menunda pernikahan dengan alasan belum mapan, modal kurang atau segepok kilahan lain. Pertanyaannya mau dikemanakan perempuan-perempuan yang sudah siap menikah?

 


Dengan adanya polemik yang berkembang di masyarakat, agaknya kita harus berfikir tanpa mengedepankan emosi. Sebagai manusia sosial, yang butuh sosialisasi, semestinya kita sadar bahwa kehidupan bermasyarakat tetap juga harus menghargai pendapat pribadi. Poligami adalah pilihan seseorang dengan resiko yang melingkupinya. Jangalah terlalu mempersoalkan hal-hal yang sebetulnya kurang layak. Lebih baik kita fokus pada perbaikan diri sendiri untuk bersama-sama membangun bangsa. Tak ada salahnya kita belajar dari sisi pemikiran Aa’, walaupun hanya meraba konsep pemikiran dia.


 


Belajar tanpa henti demi perbaikan diri...


 


 


 

2 komentar:


  1. Intinya: Manusia tidak akan lebih pintar dari Tuhan.

    Kalau sudah dihalalkan oleh Tuhan, berarti hal itu adalah baik, namun kebanyakan manusia mencoba menjajal kapasitas ketuhanan dengan cara coba-coba menantang Tuhan, pake-pake demo segala menghujat poligami.

    Namun ironisnya pun, banyak yang berpoligami sesuka hati tanpa dilandasi ilmu, tanpa peduli bagaimanakah sebenarnya kondisi poligami yang dihalalkan Tuhan. Sehingga alih-alih membawa manfaat, banyak kasus poligami yang berakhir dengan mudharat.

    Maka tidak tercapai kondisi sinergis antara keduanya.

    BalasHapus
  2. mmm komentar yang keren.
    sudah berkeluarga belum? hehehe

    BalasHapus