Pah..Lawan, Bush! –Bagian 3
Budaya Jawa dalam menyambut tamu agung ditandai dengan laku ndhodhok benar-benar dilakukan ketika Bush telah sampai di Istana
STY beserta nyonya, dalam balutan batik kuno khas
Isyarat tangan sang presiden mengiringi datangnya sepuluh putri cantik dengan busana khas Papua, berikut rumbai-rumbainya, menyuguhkan berbagai tawaran makanan khas
Sejarah telah mengakui peranan seorang pemimpin yang besar bagi kejayaan bangsanya, jika dia meninggal maka bawahannya akan menjadi kacau balau seperti anak ayam ditinggalkan sang induk. Dan ini terjadi pada pimpinan kita, yang menyebalkan, menulari seluruh ruangan penyambutan dengan tindakan kaku dan penuh perasaan merendah yang seharusnya tidak layak ditunjukkan oleh pimpinan bangsa besar.
Lepas dari kekurangan pimpinan di Istana
“Silahkan Bapak nikmati sajian kami yang ala kadarnya, apabila ada kekurangan seperti kurang asin, kurang masam, ataupun keluhan apapun kami dengan sigap memberikan pelayanan tambahan untuk memperbaiki cita rasa”, jilatan super murahan dari STY.
“Aku tidak membutuhkan sajian khas namun murahan seperti ini, yang ingin aku nikmati adalah makanan siap saji layaknya Mc. Donald, A&W, Kentucky Fried Chicken atau yang berbau koboi khas negeriku”, sombong Bush junior.
“Maaf Bapak Bush yang terhormat, di seluruh penjuru negeri kami restoran berbau negeri Bapak semua tutup, karena mereka takut dengan kedatangan Bapak. Padahal mereka telah saya bujuk agar mengurungkan niat berunjuk rasa. Saya jelaskan bahwa Bush adalah teman baik. Mereka tidak percaya, dibilang Bapak monyet lah, teroris lah, tapi yang pasti saya masih menjadi teman –budak, peny- Bapak”, tutur tenang STY.
“Tenang saja, karena seluruh bagian negaramu sudah aku diteksi dengan menggunakan satelit super canggih. Maka tak ada kesempatan orang yang tidak suka kepadaku untuk sembunyi walaupun mereka membuat liang agar tak terlihat. Sejengkal tanahmu telah dikapling untuk kelangsungan hidup bangsa kami, Amerika Serikat. Semua potensi laut berupa gas maupun minyak sudah kami rengkuh oleh karena itu kamu hanya bisa menyerah. Ketika sumbermu habis maka kami baru mengeksploitasi dalam negeri”, jelas Bush tapi STY tidak mengerti dakwah sang junior.
“Agar para demonstran diam, apa yang bisa saya lakukan?”, tanya sang kurang cerdik.
“Tenang saja –lagak orang sok- nanti aku beri dana hibah sebesar 5 juta dollar Amerika Serikat. Terserah mau kamu apakan uang itu. Yang pasti jika kamu kurang uang segera telepon ke Pentagon”, jawab datar Bush.
STY hanya mengangguk tanda setuju dan bungkaman Bush melalui dana hibah telah menutup bangsa
Hanya sebesar dana hibahkah nilah kedaulatan bangsa kita? 5 juta dollar Amerika Serikat? Bush kah yang sakit atau mental kita yang perlu direparasi oleh dokter Jiwa?
(bersambung)
Post a Comment