Header Ads

Pah..Lawan, Bush! –Bagian 3

Budaya Jawa dalam menyambut tamu agung ditandai dengan laku ndhodhok benar-benar dilakukan ketika Bush telah sampai di Istana Bogor. Tapi terdapat kejanggalan dalam ritual ini, yakni apabila di Kraton yang menjalani jalan sambil jongkok adalah sang tamu –dan menyembah Sang Raja- maka berlaku kebalikannya. Ketika Bush dengan busana kebesaran ala barat, setelan jas, turun dari sebuah mobil khusus super canggih dengan gegap gempita STY mempersilahkan “Sang Maestro” segera duduk di tahta buatan berlapis emas mirip dengan tempat kebesaran Raja Majapahit.


 


STY beserta nyonya, dalam balutan batik kuno khas Yogyakarta, sedang duduk bersila di bawah singgasana Bush sambil melakukan sembah bakti kepada Bush. Sebuah tindakan yang patut dilakukan oleh seorang cacat sehingga apabila ditinggalkan oleh sang perawat, maka kehidupannya dengan serta merta menjadi lumpuh. Sang Presiden dari negeri berpenduduk terbesar ketiga di dunia ini mengerlingkan mata kepada istrinya, merasa tidak memiliki kepercayaan diri ketika melihat Bush dengan dandanan super rapi dengan busana internasionalnya. Dalam batinnya pakaian batin yang dikenakannya mempunyai mutu yang rendah dan ketinggalan zaman. Dalam benaknya dia akan memarahi tim busana kepresidenan yang telah salah memberikan pilihan berbusana kelas rendahan –untuk menutupi kerendahan dirinya.


 


Isyarat tangan sang presiden mengiringi datangnya sepuluh putri cantik dengan busana khas Papua, berikut rumbai-rumbainya, menyuguhkan berbagai tawaran makanan khas Indonesia. Semua dilakukan dengan amat kikuk dan tidak menunjukkan jati diri bangsa yang sesungguhnya, dikarenakan rasa percaya diri yang memang diambang batas kenormalan. Seakan kita tidak mengakui bahwa sebenarnya bangsa kita layak menjadi besar dengan segala keberagamannya.


 


Sejarah telah mengakui peranan seorang pemimpin yang besar bagi kejayaan bangsanya, jika dia meninggal maka bawahannya akan menjadi kacau balau seperti anak ayam ditinggalkan sang induk. Dan ini terjadi pada pimpinan kita, yang menyebalkan, menulari seluruh ruangan penyambutan dengan tindakan kaku dan penuh perasaan merendah yang seharusnya tidak layak ditunjukkan oleh pimpinan bangsa besar.


 


Lepas dari kekurangan pimpinan di Istana Bogor, di luar telah terjadi unjuk rasa besar-besaran dan berlangsung hampir sepekan untuk memberikan tekanan kepada pemerintah yang terkesan menghamba kepada negara –oleh sebgaian besar penduduk dunia- dianggap sebagai negara dengan pencetakan kejahatan dunia yang amat fantastis.


 


“Silahkan Bapak nikmati sajian kami yang ala kadarnya, apabila ada kekurangan seperti kurang asin, kurang masam, ataupun keluhan apapun kami dengan sigap memberikan pelayanan tambahan untuk memperbaiki cita rasa”, jilatan super murahan dari STY.


 


“Aku tidak membutuhkan sajian khas namun murahan seperti ini, yang ingin aku nikmati adalah makanan siap saji layaknya Mc. Donald, A&W, Kentucky Fried Chicken atau yang berbau koboi khas negeriku”, sombong Bush junior.


 


“Maaf Bapak Bush yang terhormat, di seluruh penjuru negeri kami restoran berbau negeri Bapak semua tutup, karena mereka takut dengan kedatangan Bapak. Padahal mereka telah saya bujuk agar mengurungkan niat berunjuk rasa. Saya jelaskan bahwa Bush adalah teman baik. Mereka tidak percaya, dibilang Bapak monyet lah, teroris lah, tapi yang pasti saya masih menjadi teman –budak, peny- Bapak”, tutur tenang STY.


 


“Tenang saja, karena seluruh bagian negaramu sudah aku diteksi dengan menggunakan satelit super canggih. Maka tak ada kesempatan orang yang tidak suka kepadaku untuk sembunyi walaupun mereka membuat liang agar tak terlihat. Sejengkal tanahmu telah dikapling untuk kelangsungan hidup bangsa kami, Amerika Serikat. Semua potensi laut berupa gas maupun minyak sudah kami rengkuh oleh karena itu kamu hanya bisa menyerah. Ketika sumbermu habis maka kami baru mengeksploitasi dalam negeri”, jelas Bush tapi STY tidak mengerti dakwah sang junior.


 


“Agar para demonstran diam, apa yang bisa saya lakukan?”, tanya sang kurang cerdik.


“Tenang saja –lagak orang sok- nanti aku beri dana hibah sebesar 5 juta dollar Amerika Serikat. Terserah mau kamu apakan uang itu. Yang pasti jika kamu kurang uang segera telepon ke Pentagon”, jawab datar Bush.


 


STY hanya mengangguk tanda setuju dan bungkaman Bush melalui dana hibah telah menutup bangsa Indonesia terutama para demonstran.


 


Hanya sebesar dana hibahkah nilah kedaulatan bangsa kita? 5 juta dollar Amerika Serikat? Bush kah yang sakit atau mental kita yang perlu direparasi oleh dokter Jiwa?


(bersambung)


 


 


 


 


 


 

Tidak ada komentar