BERAKHIR
Bukit kita susuri, lembah kita tapaki bersama, di hari itu. Di antara keluh panas yang membakar wajah dan tubuhmu, saya memastikan dirimu untuk terus melaju dan menemui lokasi tempat kita bersama bisa berbincang. Di situ, kita berkelakar untuk menepiskan permasalahan yang telah akrab dengan diri kita. Kita bersama melupakan sejenak beban berat yang sudah kita pikul sedari lahir.
Hari ini, semua sirna bersama air yang menguap oleh mentari. Tidak bersisa sedikitpun. Tak ada lagi kegembiraan yang menyata di hadapan mata. Tinggal kenangan yang menempel di sanubari yang tak mungkin kita lupakan. Tidak ada yang menafikkan keceriaan itu ada meski kita bersama menyepakati kesakitan orang orang di sekeliling kita. Biarlah dosa itu ada, kita memperbaikinya dengan cara kita masing masing. Tidak bersama lagi.
Terima kasih atas kisah menarik yang telah kita bikin. Hampir tidak ada noda sampai guntur mengagetkan dan kita berlarian menyelematkan diri namun di tempat yang berlainan. Saya berteriak teriak mencari carimu, pun saya yakin jika kau butuh saya berada di dekatmu agar hujan yang segera turun tidak membasahi saya. Kita tidak saling kedinginan.
Akhirnya dirimu menghilang. Benar benar tak lagi bersama dan membawa segenap kehangatan yang walau sebentar tapi menentramkan. Biarlah semua terjadi dan menjadi bagian dari kisah hidup diri saya dan dirimu. Terutama diri saya yang terlunta lunta oleh ketidakhadiranmu. Selamat jalan, Sobat. Semoga kau menemukan kebahagiaan yang hakiki. Pun diri saya berhasil menguasai dan mengendalikan diri. Sudah saatnya kita dewasa bersama dalam rumah yang berbeda.
InsyaAlloh, kita akan bertemu lagi dalam takdir yang berbeda. Terima kasih atas segalanya dan mohon maaf kekhilafan yang saya buat padamu. Iya, padamu!
Hari ini, semua sirna bersama air yang menguap oleh mentari. Tidak bersisa sedikitpun. Tak ada lagi kegembiraan yang menyata di hadapan mata. Tinggal kenangan yang menempel di sanubari yang tak mungkin kita lupakan. Tidak ada yang menafikkan keceriaan itu ada meski kita bersama menyepakati kesakitan orang orang di sekeliling kita. Biarlah dosa itu ada, kita memperbaikinya dengan cara kita masing masing. Tidak bersama lagi.
Terima kasih atas kisah menarik yang telah kita bikin. Hampir tidak ada noda sampai guntur mengagetkan dan kita berlarian menyelematkan diri namun di tempat yang berlainan. Saya berteriak teriak mencari carimu, pun saya yakin jika kau butuh saya berada di dekatmu agar hujan yang segera turun tidak membasahi saya. Kita tidak saling kedinginan.
Akhirnya dirimu menghilang. Benar benar tak lagi bersama dan membawa segenap kehangatan yang walau sebentar tapi menentramkan. Biarlah semua terjadi dan menjadi bagian dari kisah hidup diri saya dan dirimu. Terutama diri saya yang terlunta lunta oleh ketidakhadiranmu. Selamat jalan, Sobat. Semoga kau menemukan kebahagiaan yang hakiki. Pun diri saya berhasil menguasai dan mengendalikan diri. Sudah saatnya kita dewasa bersama dalam rumah yang berbeda.
InsyaAlloh, kita akan bertemu lagi dalam takdir yang berbeda. Terima kasih atas segalanya dan mohon maaf kekhilafan yang saya buat padamu. Iya, padamu!
Post a Comment