CPNS DOSEN 2014 (Bagian 4): Bertemu sang Jenius
Fokus berlebihan pada persiapan rekrutmen CPNS membikin saya jatuh tertidur di mana saja. Saat jam kerja di proyek, saya bisa menempel di kursi, sofa, atau terlelap saat bersandar di dinding apartemen saking capai berpikir. Pikir saya, apakah hormon progesteron saya meningkat pesat, ya? Tes dalam kondisi terdesak membuat otak saya melemah, mulut menguap uap, dan mata saya lengket. Tertidur!
Saya berada di alam mimpi. Warnanya terang, hawanya sejuk menenangkan. Tidak seperti bayangan saya di alam nyata yang bilang kalau alam mimpi gelap, pun jika tak beruntung akan tersesat dan bertemu monster kejam yang siap melumat tubuh saya.
'Sudah tahu ini alam mimpi!' seru saya. 'Mau bertemu siapa ya di sini?'
Pakaian yang saya kenakan rapih. Berkemeja lengan panjang, tanpa dasi, celana bahan yang licin. Rambut saya klimis seperti minyak jelantah mengguyur kepala. Jangan tanyakan bau tubuh saya. Laksana taman bunga yang kumbang, kupu kupu, lebah, dan serangga lain menghampiri dan jatuh pingsan dibuat oleh saya.
'Mau nyapa pak Habibie ah .... Itu, profesor Burhanuddin Jusuf Habibie.' ujar saya yakin. Saya ingin berdiskusi dengannya dan bercerita padanya kalau saya akan tes CPNS dan kelak jadi dosen teknik sipil. Pertemuan itu akan seru, yakin saya.
***
Lelaki kecil yang jenius itu benar berada di hadapan saya sejarak lima belas langkah. Ia duduk di ruang kerjanya, mejanya bertumpuk buku buku tebal, foto alamarhumah isteri tercintanya ada di atasnya. Lemari berada di belakangnya tentunya berjejer buku buku yang tampak terawat. Pak Habibie sedang menulis serius. Buku apa sih yang ia tengah bikin? Ia buat novel? Fantasi kayanya, menyaingi JK. Rowling.
Saya mendekatinya. Ragu sebetulnya, namun saya paksa diri saya mumpung sang tokoh inspiratif yang rendah hati ada di dekat saya. Kapan lagi!
'Bapak, mohon maaf mengganggu.' ucap daya lirih.
Pak Habibie mendongakkan kepalanya. Ia memandang saya lekat lekat, ramah, dan menyipitkan matanya. Tangannya ia angkat, mempersilakan saya duduk di kursi di depannya.
'Danie bukan? tanyanya.
Kok dia tahu saya?! Wah, sekujur tubuh saya bergetar. Bagaimana bisa seorang agung di dunia iptek yang termahsyur mengenali saya yang bukan apa apa ini. Sempat saya memutar kepala dan badan ke belakang, barangkali ada sosok Danie lain yang profesor maksud.
'Iya, Danie kamu, Nak! Kemarilah!' ucap prof. Habibie pada saya dalam dialek khasnya sembari kepalanya meneleng.
'Sa, saya, Prof?' Saya masih tak percaya, namun kaki saya melangkah maju mendekati meja pak Habibie.
'Saya mau minta bantuanmu!'
'Bantuan apa, Prof?'
Ah, tidak mungkin seorang Habibie meminta bantuan pada saya. Ia punya otak yang super cemerlang dan pasti mampu menyelesaikan apapun permasalahannya. Pun jika ia pengin pesan makanan untuk menemani belajarnya, tinggal suruh ajudannya. Sedangkan saya, sekali lagi bukan siapa siapa.
'Saya mau kamu mengajari saya soal CPNS ini!' Profesor Habibie menunjuk buku di mejanya yang, astaghfirulloh, sama dengan punya saya.
'Untuk apa bapak belajar buku itu?' tanya saya gelagapan.
Si profesor tersenyum melihat saya dan berkata, 'Saya akan bersaing denganmu! Kita lihat siapa yang jadi dosen nanti!'
Saya terbangun dari mimpi. Buku soal CPNS saya ada di mana?!
Post a Comment