BOBO PENYELAMAT MASA KECIL SAYA
Bobo bisa saya bilang penyelamat masa kecil saya. Kedatangannya selalu saya tunggu meski dalam format lain yang tidak tukang majalahnya mengirimkannya ke rumah saya tetapi saya membacanya di rumah sepupu. Inilah yang ingin saya ceritakan pada kalian, tentang majalah Bobo yang masih saja kesan indahnya menempel di otak dan hati saya.
Orang tua saya sibuk total. Sekadar menanyai saya nilai pelajaran habis sekolah mereka tak pernah. Berdagang siang malam dengan pembeli bak para pengantre zakat menjelang Idul Fitri, orang tua saya lupa punya saya. Tapi sudahlah itu tidak usah saya perpanjang karena mereka juga butuh fokus mencari rezeki. Seringnya saya dan adik saya main ke rumah sepupu. Dan, apa yang ada di rumahnya?
Tumpukan harian "Suara Merdeka" dan "Bobo"!
Waktu itu, saya seperti mendapat rezeki yang melimpah. Langsung saja saya sosor itu makanan empuk, mengesot di depan TV sepupu saya yang besar, yang memang orang tua sepupu saya tajir, dan asyik masyuk dengan Suara Merdeka dan Bobo.
Mungkin saja Budhe saya heran dengan perilaku saya sedangkan anaknya tidak beringas membaca kaya saya. Saya terus tenggelam dalam imajinasi entah seolah berada di dunia yang saya sukai. Informasi masuk cepat ke otak saya menggantikan kesedihan peran orang tua yang nyaris tak ada mendampingi pertumbuhan raga dan jiwa saya.
★★★
Bobo lah yang paling jadi karib saya. Cerita cerita di dalamnya sungguh mewakili diri saya. Di situ, saya berkenalan dengan tokoh tokoh fiktif yang nyata di depan saya. Ada Bona si Gajah Berbelalai Panjang, Rong Rong si Kucing sahabat Bona, Juwita si cantik baik hati, Si Sirik yang jahat, dan masih banyak lagi. Mereka mengenalkan diri saya arti persahabatan dan kelicikan yang tak boleh saya lakukan di masa kecil dan dewasa kelak. Tangan tangan mereka mengulur pada saya dan saya menjabat erat mereka.
'Menyenangkan sekali!' saya berseru saat menuliskan cerita ini.
Sampai saat ini, saya bersyukur telah mengenal Bobo. Belum sempat saya mengecek di Gramedia apakah masih dijual untuk mendampingi masa tumbuh anak anak sekarang. Kabarnya, harganya sudah mahal, ya?! Tiga puluh ribu? Wah, harga itu tidak sebanding dengan petualangan fiksi yang akan kalian dapat, Sobat! Tidak rugi ....
Ngomong ngomong, saya juga mau mengucap terima kasih buat sepupu saya yang kasih bacaan gratis buat saya. Erni Iswati dan Setiyono, matur nuwun, Mbak dan Mas!
Post a Comment