Sir Isaac Newton dan Ramadan
1. SAJADAH RAMADAN
Di puasa hari ke-3. Atau Anda yang ke-2. Hanya selisih sehari. Coba sebulan.
Sajadah. Atau, karpet terbang Alladin ini, ya? Bersedekap berfokus ke Allah, aku malah berpikir ada Jin bermuka ungu di belakangku.
'Bos, shalat yang khusyuk!' Ia berseru padaku. Dalam bayanganku.
'Baik.' Kujawab sambil mengangguk mantap.
Kucoba hening. Ada gangguan lagi. Gambar sajadahku ONTA. Aku salah sambar tadi.
Punyaku masjid. Ah, ada teman iseng menukarnya.
Seperti joki pacuan onta. Aku di tengah kejuaraan.
'Hadirin yang terhormat. Sang Jawara 10 tahun berturut turut asal Jogja: Danie! Ini tahun terakhir dia. Selanjutnya biar muda muda dapat trofi. Kabarnya dia akan jadi ustaz.'
'Allahu akbar!' Sang imam mengomando.
Rukuk.
'Ontanya bersendawa keras!' Batinku melihat gambar onta di sajadah. Ia nyengir.
'Sajadahku!' teriak sebuah suara. 'Kutil!'
Seorang nenek membuatku terjengkang.
Seperti joki pacuan onta. Aku di tengah kejuaraan.
'Hadirin yang terhormat. Sang Jawara 10 tahun berturut turut asal Jogja: Danie! Ini tahun terakhir dia. Selanjutnya biar muda muda dapat trofi. Kabarnya dia akan jadi ustaz.'
'Allahu akbar!' Sang imam mengomando.
Rukuk.
'Ontanya bersendawa keras!' Batinku melihat gambar onta di sajadah. Ia nyengir.
'Sajadahku!' teriak sebuah suara. 'Kutil!'
Seorang nenek membuatku terjengkang.
______
2.UMRAH HEBAT
Umrah yang ke 27. Tak berhingga syukurku
kepada Allah. Sempat kuberpikir apakah aku manusia hebat. Bolak balik
Jogja - Makkah, sampai di Masjidil Haram menangis sesenggukan, dan
pulang tertawa kalap.
Apapun itu, kuanggap ini berkah. Pelajaran bermakna yang kudapat, Arab sangat jauh.
Apapun itu, kuanggap ini berkah. Pelajaran bermakna yang kudapat, Arab sangat jauh.
Malam ini di pesawat Garuda. Dingin. ACnya kebesaran. Kukeluarkan jaket dan kupakai rapat. Baru mau kelopak mat
aku terkatup, seorang asongan menjajakan dagangannya.
'Ma Kurma. Kurma manis, Pak Bu.'
Perawakan penjual kurma itu tinggi. Kenapa ia tak ikut kasting pemain sinetron, gerutuku dalam hati.
'Sini, Mas!' Kupanggil dia. Ia menyodorkan sekotak kurma. Warnanya mirip kecoa menurutku. 'Kenapa di sini ada tukang asong? Anda.'
Ia marah sejadi jadinya. Katanya, aku tak berhak memprotes.
'Dulu sebelum aku, ada penjual sate, akik, bahkan cawat!'
'Kau pikir pesawat ini mal? Aku puluhan kali naik Garuda. Baru kau!' serangku.
Sekarang ia tersenyum. Kurasa kecut.
'Sudahlah. Kita damai saja.' kata si pengasong kurma.
'Damai gimana?!' bentakku.
'Aku akan berhenti berjualan.'
'Harus. Pesawat tidak untuk mengasong.'
Lelaki itu minta pamit.
'Aku akan terjun. Tanpa parasut. Dan kurekam pembicaraan kita. Besok kamu masuk penjara. Sampai berjumpa lagi.'
'TUNGGU! Aku beli dua kotak!'
Dia terjun betulan. Umrahku yang terakhir.
'Ma Kurma. Kurma manis, Pak Bu.'
Perawakan penjual kurma itu tinggi. Kenapa ia tak ikut kasting pemain sinetron, gerutuku dalam hati.
'Sini, Mas!' Kupanggil dia. Ia menyodorkan sekotak kurma. Warnanya mirip kecoa menurutku. 'Kenapa di sini ada tukang asong? Anda.'
Ia marah sejadi jadinya. Katanya, aku tak berhak memprotes.
'Dulu sebelum aku, ada penjual sate, akik, bahkan cawat!'
'Kau pikir pesawat ini mal? Aku puluhan kali naik Garuda. Baru kau!' serangku.
Sekarang ia tersenyum. Kurasa kecut.
'Sudahlah. Kita damai saja.' kata si pengasong kurma.
'Damai gimana?!' bentakku.
'Aku akan berhenti berjualan.'
'Harus. Pesawat tidak untuk mengasong.'
Lelaki itu minta pamit.
'Aku akan terjun. Tanpa parasut. Dan kurekam pembicaraan kita. Besok kamu masuk penjara. Sampai berjumpa lagi.'
'TUNGGU! Aku beli dua kotak!'
Dia terjun betulan. Umrahku yang terakhir.
__________
3. SIR ISAAC NEWTON MUSLIM?
'Kenapa Sir Isaac Newton tiduran di bawah pohon apel, Pak?' tanya satu mahasiswaku. Ia menatapku menyelidik.
"Aku harus hati hati menjawab. Dia licik!" batinku tetap tenang.
Kupindai seisi kelas. Mereka menanti jawabanku. Ludah kutelan tak berisik.
'Lalu kau pengin Newton tiduran di mana?' tanyaku balik. Biar pertanyaan tidak jadi harga mati di tanganku.
'Pohon kurma, Pak!' Jawab satu mahasiswak
"Aku harus hati hati menjawab. Dia licik!" batinku tetap tenang.
Kupindai seisi kelas. Mereka menanti jawabanku. Ludah kutelan tak berisik.
'Lalu kau pengin Newton tiduran di mana?' tanyaku balik. Biar pertanyaan tidak jadi harga mati di tanganku.
'Pohon kurma, Pak!' Jawab satu mahasiswak
u yang lain. Ia gadis bongsor bermuka penuh jerawat.
Mahasiswaku yang bertanya berekspresi kecut.
'Kenapa harus pohon kurma?' tanyaku.
'Karena kuyakin Newton waktu itu naik onta. Bulan Ramadan di Arab. Dia nunggang kesetanan. Nabrak pohon kurma. Jatuh semua buahnya. Ketemulah Hukum Gravitasi, Pak.'
'Mahasiswa cerdas!' Seruku bergidik.
Mahasiswaku yang bertanya berekspresi kecut.
'Kenapa harus pohon kurma?' tanyaku.
'Karena kuyakin Newton waktu itu naik onta. Bulan Ramadan di Arab. Dia nunggang kesetanan. Nabrak pohon kurma. Jatuh semua buahnya. Ketemulah Hukum Gravitasi, Pak.'
'Mahasiswa cerdas!' Seruku bergidik.
_____
Sumber gambar: teachertech.rice.edu
Sumber gambar: teachertech.rice.edu
Post a Comment