Alice in WonderDut
Tak sengaja dia menemukan ruangan ini. Dia tersesat saat mengejar kucing kesayangannya yang terpikat tikus berwarna putih. Saat melintasi sebuah persimpangan, gadis itu memutuskan mengambil arah kanan. Sayang, pilihannya salah. Sepertinya si kucing mengikuti jejak kaki tikus ke sebelah kiri.
Melangkahkan kakinya dengan hati-hati, gadis bersepatu merah muda itu mendekati sebuah kotak. Dia tak tahu jenis alat musik apakah itu. Rasa penasarannya makin bertambah tatkala lampu yang semula benderang tiba-tiba mati-hidup. Tempat apakah ini? Sungguh membuat dia ketakutan dan juga ingin tahu. Lampu gelap.
“Hai, siapa yang melakukan ini?” teriaknya.
Sepi, tak ada jawaban. Ingin dia lari meninggalkan ruangan itu, tapi matanya tak mampu melihat jalan ke luar. Nyaris dia ingin menangis, beruntung sesuatu mengejutkan dirinya.
Lampu kembali menyala. Bukan warna neon, tapi kuning redup.
“Tolong, tunjukkan siapa dirimu!”
Bunyi drum dipukul. Denting piano. Tiupan seruling. Alat-alat lain menyusul. Bagaimana bisa alat-alat itu berbunyi secara bersamaan. Siapakah yang memainkan alat-alat musik itu?
Sisi-sisi ruangan membuka, seperti kubus yang diuraikan oleh sang pemiliknya. Gadis itu menemukan cahaya mentari. Betapa senang hatinya, dia tak berada di kegelapan lagi. Dia melihat kucingnya berlari mengejar tikus di ujung sana, di dekat sebuah pondok yang bagian atas atapnya mengepul asap.
“Catty, tunggu. Jangan lari dariku. Awas ya kau, Manis!”
Alat-alat musik sudah tak menyita perhatiannya. Dia berlari mengejar kucingnya menuju pondok itu.
Pondok reyot dengan sebuah papan yang bertuliskan: “Rumah Nenek Sihir Perebus Gadis Cilik”
Post a Comment