Header Ads

Daging Kalkun dan Ramadan


1. DAGING KALKUN RAMADAN
 
Malam Ramadan ke-5 yang keparat. Tetangga sebelah, mutar DVD keras keras. Tak tanggung tanggung, lagu Padang Pasir yang ia ulang ulang. Iramanya asyik, cuma ... Ya Allah, ampuni diriku. Terlampau larut buat berjoget a la Husni Mobarak. Lewat jam 12 malam.

Kusambangi dia. Pintu kamarnya terbuka. Ia bergoyang goyang. Deham kulengkingkan.

'Mas ....' seruku.
Ia melirikku. Cuma melirik untuk kembal

i tenggelam dengan liukan pinggulnya. Tanpa sadar, kakiku ikut menikmati entakan musiknya.
'MAS?!' Aku emosi.
Ia mematikan musik. 'Umi Kalkun. Mesir, Bro!'
Umi Kalkun? Kalsum mungkin penyanyi almarhum termasyur yang ia maksud.
'Kau sangka ini Thanksgiving? Kalkun panggang? Ramadan, Mas ....'
Temanku memohon ampun.


_____________
2. PAK POS DAN SINTERKLAS

Pak Pos berpapasan dengan Sinterklas Kutub Selatan.
'Halo, Bro. Dari mana ke mana?' tanya Pak Pos bersahabat.
'Biasa,' ucap Sinterklas. Wajahnya pucat. 'Mau ke Istana Nyi Roro. Kebablasan, nih!'
Tampak rusa rusa Sinterklas kecapaian. Keringat mereka membulir.
'Apa saya bantu?' tawar Pak Pos. 'Tapi saya naik sepeda. Ndak bisa terbang pula. Oya, Bro. Rusa rusa Anda haus. Mari kita kasih minum!'
Sint

erklas mundur selangkah. Ia mengelus janggut putihnya.
'Mereka Muslim. Sedang puasa.' katanya. 'Aku tak memaksa rusa rusaku ikut agamaku.'
Pak Pos terhenyak dan berucap, 'Baik, Bro. Mau saya bantu kirim ke alamat tadi? Nyi Roro?'
'Boleh!' kata Sinterklas. 'Atau kita mendayung saja? Rusa dan sepeda kita jual?'
'Setuju, Bro!'

__________________________
3.MULUT MULUT USTAZ

Tadi, mulut sang Ustaz menghamburkan lima bintang. Menyebar ke penjuru masjid, jamaah saling berebut. Baku hantam terjadi. Sikut mememarkan payudara, tamparan menyambar pipi, dan pukulan menghantam dagu.

Ada satu bintang jinak menghampiriku. Ia tak ikut empat temannya yang terkekeh mempermainkan jamaah yang kalap. Kutanya itu bintang:
'Kau kenapa? Sakit?'
Ia berkedip dua kali. Ti - dak, seperti
nya jawaban dia.
'Kenapa kau mendekatiku? Mereka temanku lebih pantas!'
Si bintang maju cepat. Sekuku jaraknya dari mataku. Ia memijar. Aku seperti buta.
'Menjauhlah!' rengekku.
Namun si bintang justru mengejankan cahayanya. Silau sekali.
Aku tak kuat. Ingin kupukul, tanganku layu. Tanpa tenaga.
'Pergi, Kau ....'
Waktu mulutku membulat, satu bintang masuk. Aku tercekat. Tenggorokanku seolah menelan benda aneh yang runcing menyakitkan. Kutelan ludah dengan menekan, sepertinya bintang tadi meluncur ke perut. Dan hati.

Ia bergerak gerak di hatiku. Ada suara. Oh, ia berkata nyaring:
'Saya memilih kamu karena tenang dan jujur.'

Pak Ustaz di mimbar tersenyum padaku.
 
 
____________
Sumber gambar: modernman.com

Tidak ada komentar