Kemana Musik Barat di TV TV kita?: Musik Tanah Air Menjelma jadi Musik Sombong?
Tanpa mengurangi arti nasionalisme dan kecintaan kepada produk lokal, saya bertanya: Tak adakah ruang lagi bagi musik mancanegara?
Menjamurnya grup band, menggeliatnya penyanyi solo, atau makin pesatnya soundtrack film, tak pelak membuat pergerakan musik tanah air lebih berkembang. Mengesampingkan bisnis jual beli karya yang dibajak, musik negeri semakin mendapat tempat di hati kita. Anak anak muda hapal teks grup band kesayangannya, pencipta lagu tak ngambek lagi, produser label rekaman terus memburu talenta baru-tak peduli kualitasnya, banyaknya tenaga kerja yang terserap, semua berdampak positip. Bagi musik Indonesia.
Tapi di lain pihak, ada ancaman baru dengan keadaan hingar bingar ini. Penjejalan menu musik yang tanpa imbangan penanding manca tak ubahnya bermain catur tanpa strategi. Besar di negeri sendiri, secara kualitas kita kalah. Jika boleh berharap, setelah fondasi musik tanah air stabil, ada baiknya pelaku industri musik berupaya keras membidik pasar dunia. Tentu dibarengi kualitas, dukungan pemerintah dan masyarakat. Bukan hal mudah, tapi bisa dilampaui.
Lalu kemanakah musik mancanegara sebagai menu pendamping? Adakah proteksi bagi musik negeri? Takutkah pelaku bisnis musik dengan persaingan global? Atau cukuplah di radio saja, DVD bajakan, atau download? Bukan perkara sepele, tapi ada jalan memecahkan masalah ini.
Menjamurnya grup band, menggeliatnya penyanyi solo, atau makin pesatnya soundtrack film, tak pelak membuat pergerakan musik tanah air lebih berkembang. Mengesampingkan bisnis jual beli karya yang dibajak, musik negeri semakin mendapat tempat di hati kita. Anak anak muda hapal teks grup band kesayangannya, pencipta lagu tak ngambek lagi, produser label rekaman terus memburu talenta baru-tak peduli kualitasnya, banyaknya tenaga kerja yang terserap, semua berdampak positip. Bagi musik Indonesia.
Tapi di lain pihak, ada ancaman baru dengan keadaan hingar bingar ini. Penjejalan menu musik yang tanpa imbangan penanding manca tak ubahnya bermain catur tanpa strategi. Besar di negeri sendiri, secara kualitas kita kalah. Jika boleh berharap, setelah fondasi musik tanah air stabil, ada baiknya pelaku industri musik berupaya keras membidik pasar dunia. Tentu dibarengi kualitas, dukungan pemerintah dan masyarakat. Bukan hal mudah, tapi bisa dilampaui.
Lalu kemanakah musik mancanegara sebagai menu pendamping? Adakah proteksi bagi musik negeri? Takutkah pelaku bisnis musik dengan persaingan global? Atau cukuplah di radio saja, DVD bajakan, atau download? Bukan perkara sepele, tapi ada jalan memecahkan masalah ini.
Post a Comment