Nyi Roro Kidul dan Ramadan
1. PASUKAN PEMBURU TAKJIL
Buka puasa di masjid. Takjil sedang diputar takmir masjid. Mereka membungkuk bungkuk sambil melepas senyum. Lama sekali mereka sampai di hadapanku.
Di mimbar, seorang kyai berjanggut panjang bersemir ungu berceramah. Muncrat. Liurnya melenting menimpa rambut jamaah di shaf paling depan. Uniknya, mereka kegirangan.
'Mereka pikir sedang berdansa di hujan lebat di siang yang terik!' batinku berkata aneh.
Dua baris lagi, satu bungkus nasi akan aku terima. Kulepas karetnya dan membuka ...
'Wah, sekerat daging! Rendang!' teriakku dalam batin. Aku menggeser duduk. Ambeienku bereaksi parah.
Terus imajiku melesat. Dan itu selalu di masjid ini.
________________
2. PUASA DAN NYI RORO KIDUL
Sekarang aku di puncak Tugu Jogja. Kupanjat dua menit yang lalu tanpa orang orang tahu. Mereka tidur di ranjang melanjutkan mimpi yang terpenggal oleh sahur.
'Aku buka puasa, nih!'
Kuberteriak tepat di 12 siang ini. Matahari tak galak. Ia sedang mengobrol dengan awan. Adem. Jadi aku bebas menunggangi Tugu Jogja.
Kusebut menunggang karena aku anggap tugu ini Unicorn.
'Lihat ini tanduknya!'
Kuelus puncaknya yang berwarna emas terang.
'Ayo pacu pacu .... Sampailah kita di garis finish sana!' Kutampar kepala tugu ini dengan tangan kanan dan dua kakiku.
Melesatlah kami ke Selatan. Aku dan Tugu Jogja yang kusebut Unicorn ini. Meluncur ke Keraton atau bablas terjun ke Samudera Hindia yang di situ Nyi Roro siap menjadikanku SEORANG BUDAK TEPERCAYA
'Ayo pacu pacu .... Sampailah kita di garis finish sana!' Kutampar kepala tugu ini dengan tangan kanan dan dua kakiku.
Melesatlah kami ke Selatan. Aku dan Tugu Jogja yang kusebut Unicorn ini. Meluncur ke Keraton atau bablas terjun ke Samudera Hindia yang di situ Nyi Roro siap menjadikanku SEORANG BUDAK TEPERCAYA
_____________________
3. MENARA MASJID DAN BATANG ROKOK
Satu lagi yang kusuka dari Ramadan. Menara. Ia mirip sebatang rokok.
Temanku mengaduh, 'Alhamdulillah, Cuk. Irit 50% rokok!'
Antara bangga dan penyesalan sudah tak jelas.
Yang pasti, menara dan rokok bisa jadi Tuhan mencipta dua kata itu bersamaan.
'Menara itu bukan rokok. Tapi jari telunjuk ....' kata temanku. Ia terkenal sok tahu. 'Kau mau kasih tunjuk dunia ya bangunlah menara menara tinggi!'
Dia menantangku. Seperti ingin kusiram kuah soto panas dia.
'Bukankah jari tengah. Dan itu buatmu saja!' Aku ketus.
Dia mulai berubah kaya baboon. Mulutnya membuka. Tampak giginya runcing bak stalaktit.
'Urusan menara kita belum tamat!' katanya. Dadanya menyorong nyorong.
'Oke!' Pinggulku kugoyang goyang tanda menerima tantangan DIA.
'Bukankah jari tengah. Dan itu buatmu saja!' Aku ketus.
Dia mulai berubah kaya baboon. Mulutnya membuka. Tampak giginya runcing bak stalaktit.
'Urusan menara kita belum tamat!' katanya. Dadanya menyorong nyorong.
'Oke!' Pinggulku kugoyang goyang tanda menerima tantangan DIA.
_____________
Sumber gambar: sbs.com.au
Post a Comment