Header Ads

Kolak Ramadan

 

Masjid ini selalu menampilkan penceramah sekaligus imam yang sama. Pak Rahman. Badannya kurus, bungkuk, berkulit bersisik. Ia berjalan terhuyung huyung dan bergetar getar. Parkinson agaknya. Dalam tiap ceramahnya, ada keunikan: ia salah menyebut kata.
'Hadirin, kita harus berserah diri pada Kolak.'
Jamaah kaget. Kolak? Telusur punya selidik, ia ingin berkata 'Khalik' Tuhan.
Hari ke 3 puasa atau

4, aku lupa, Pak Rahman salah lagi, 'Kita mendoan setiap saat.'
Mendoa, ya mendoa. Kali ini tidak begitu jauh.
Terus dan terus. Ada unsur makanan dalam ujarannya.

Penasaran, aku dekati Pak Rahman saat jamaah mulai pulang.
'Salam, Pak Rahman.' sapaku.
'Ya. Salam.' jawabnya.
Dan kutanya tentang tadi. Biar plong diriku. Mengejutkan apa yang dia jelaskan.
'Aku sengaja salah. Agar jamaah meluruskan. Bertanya dalam hati kalau aku salah juga sudah usaha ralat ke arah lebih baik.'
Aku termangu. Orang di hadapanku masih menyimpan rahasia unik lain.
'Kau tahu apa kuanggap dirimu sekarang? ' tanyanya.
Aku menggeleng.
'Kepalamu burger, lengan tanganmu sosis, matamu baso, pahamu steak. Kau siap kusantap!'
Pak Rahman beringas. Aku mematung saking gila telah merambati sekujur badanku.
 
______
Sumber gambar: dr-dhira.blogspot.com

Tidak ada komentar