Jujur, Aku Pengoleksi Ratusan Batang Tusuk Gigi Bekas Pakai Orang Lain
Satu tusuk gigi jatuh ke lantai jarang disapu. Melintang dan tak berdaya. Hati siapa tak terketuk, melihat ia habis guna, buang seketika. Kuambil.
Kau pasti tertawa, menertawakan kegemaran anehku. Tak perlulah kau mengumumkan ke duniamu. Aku memang gemar mengoleksi tusuk gigi bekas. Terutama yang usai dipakai orang.
Tusuk gigi ibu ibu ganjen yang suka bergosip paling sukar ditemukan.
Pernah suatu kali, kuincar sebuah restoran Jepang ala kadarnya. Tak mewah, juga ornamen yang ditampilkan standar saja. Cukuplah untuk seorang gembel dekil seperti diriku. Sengaja kupilih jam istirahat kantor, anggapku akan banyak bidikan yang kuperoleh. Terutama ibu ibu paruh baya yang suka bersensasi.
Pukul 12.30. Kududuk di ujung, meja nomor 3. Cukup memesan teh manis satu gelas, kuintai para karyawan kuperhatikan gelagat paling aneh di antara mereka. Sekali lagi, calon mangsaku ibu ibu genit. Ibu ibu eksklusif pemuja hedonitas. Seorang ibu menarik perhatianku. Tak bersama lelaki buncit berdompet penuh bak seorang Pandita yang sesungguhnya bermoral bangsat, sepertinya ibu itu aman aman saja. Tapi yang mengherankan seterusnya, ia sangat menikmati telepon genggamnya. Aku berpikir, telepon itu telah menjadi penikmat seksualitasnya. Semacam alat senggama tapi tersembunyikan oleh gegap gempitanya teknologi. Kadang ia tertawa, diam dalam jangka waktu lama, sembari menyibak nyibakkan rambut panjangnya. Dan tak ketinggalan, bukan sebatang rokok kretek khas Mucikari, tapi tusuk gigi berkilauan di dua jari tangan kanannya. Hatiku ngiler. Keluar masuk tusuk gigi itu ke mulutnya. Ingin kusambar saja. Kulari menyembunyikan diri. Lama sekali diriku menunggu tusuk itu dibuang olehnya. Tengkuk sudah gatal, tapi garukan semaut apapun tak mengalihkan perhatianku kepada tusuk gigi memesona itu. Tetap fokus, sebentar lagi ia akan menjadi milikku. Pasti. Dan koleksiku akan bertambah banyak.
Kau pasti tertawa, menertawakan kegemaran anehku. Tak perlulah kau mengumumkan ke duniamu. Aku memang gemar mengoleksi tusuk gigi bekas. Terutama yang usai dipakai orang.
Tusuk gigi ibu ibu ganjen yang suka bergosip paling sukar ditemukan.
Pernah suatu kali, kuincar sebuah restoran Jepang ala kadarnya. Tak mewah, juga ornamen yang ditampilkan standar saja. Cukuplah untuk seorang gembel dekil seperti diriku. Sengaja kupilih jam istirahat kantor, anggapku akan banyak bidikan yang kuperoleh. Terutama ibu ibu paruh baya yang suka bersensasi.
Pukul 12.30. Kududuk di ujung, meja nomor 3. Cukup memesan teh manis satu gelas, kuintai para karyawan kuperhatikan gelagat paling aneh di antara mereka. Sekali lagi, calon mangsaku ibu ibu genit. Ibu ibu eksklusif pemuja hedonitas. Seorang ibu menarik perhatianku. Tak bersama lelaki buncit berdompet penuh bak seorang Pandita yang sesungguhnya bermoral bangsat, sepertinya ibu itu aman aman saja. Tapi yang mengherankan seterusnya, ia sangat menikmati telepon genggamnya. Aku berpikir, telepon itu telah menjadi penikmat seksualitasnya. Semacam alat senggama tapi tersembunyikan oleh gegap gempitanya teknologi. Kadang ia tertawa, diam dalam jangka waktu lama, sembari menyibak nyibakkan rambut panjangnya. Dan tak ketinggalan, bukan sebatang rokok kretek khas Mucikari, tapi tusuk gigi berkilauan di dua jari tangan kanannya. Hatiku ngiler. Keluar masuk tusuk gigi itu ke mulutnya. Ingin kusambar saja. Kulari menyembunyikan diri. Lama sekali diriku menunggu tusuk itu dibuang olehnya. Tengkuk sudah gatal, tapi garukan semaut apapun tak mengalihkan perhatianku kepada tusuk gigi memesona itu. Tetap fokus, sebentar lagi ia akan menjadi milikku. Pasti. Dan koleksiku akan bertambah banyak.
kebayang mengendap-endapnya
BalasHapusDan kau menangkapku layaknya agen FBI.
BalasHapusKau jebloskan aku ke penjara Sukamandi. Di penjara bekas Bung Karno. Merdekaaaaa ....
hehehe ....tetep berimajinasi
BalasHapusHa6. We're the dream catchers.
BalasHapusHa6. We're the dream catchers.
BalasHapussampe dua kali
BalasHapusaku bilang. Ini pencetan aneh. hehe
BalasHapussyukurlah bukan orangnya yg aneh
BalasHapuswak wauuuw ....
BalasHapustapi its Oke lah. Asal pandai berkecapi saja sudah sip. ahhh apa yang tengah kubicarainnn hahaha
aduuh sy jadi kangen ama kecapi sy ....
BalasHapusemang kecapi teh risma dikemanain? pasti dijual obral yah pasti deh hehehe
BalasHapushehehe...enggak, tapi dia sudah berkelana
BalasHapusPasti ke ujung dunia ya?
BalasHapusSemoga selamat n sukses y si kecapi tea.
Mari kita buat api unggun n bacain yasin ya. Amin
Pasti ke ujung dunia ya?
BalasHapusSemoga selamat n sukses y si kecapi tea.
Mari kita buat api unggun n bacain yasin ya. Amin
sambil bikin ikan bakar
BalasHapuswuhhh enak sekali.
BalasHapusAsal jangan pedes aja. Saya lai ndak enak pelut.
Upps, jadi kangen yang namanya jengkol depan kantor. Mmmm, sedap.
hahaha...kapok, tapi mau terus
BalasHapusItulah eksotisnya. Ha5
BalasHapus