Bersepeda Vs. Bermobil
Pesepeda tengah memacu kecepatan. Melambaikan tangan, menyalip pengendara mobil, yang mengumpat kasar. Si pesepeda hanya tersenyum sambil memamerkan kaki, lengan, dan tubuhnya yang berotot. Badan penuh lemak dan otak sang pengendara mobil tersulut. Menginjak gas dengan amarah tak terkendali, ia bertekad mengembalikan harga dirinya. Berharap permusuhan ini segera tuntas dengan menekuk lutut si pesepada agar tak mampu lagi mengayuh pedal. Selamanya.
BalasHapusLebih elegan naik kuda, kan, Ndhy? Oya, konon sate kuda bisa menjantankan pria. Mbuhlah.
Makanya dicoba. Yang kutahu sate anjing, bisa bikin menggonggong.He6
BalasHapus
BalasHapusAda, gitu? Tauku mah sengsu, tongseng asu. Thomas pasti doyan.
Tak ada kamusnya kucing makan anjing. Adanya manusia makan anjing.
BalasHapus
BalasHapusThomas itu kucingmu, tentulah pola pikirnya menyimpang dari kucing kebanyakan.
Dia suka makan keripik tempe. Kalau tidur nyusul ke ranjang. Suka molor. Dah lengkap datane?Puass?
BalasHapus
BalasHapusTak percaya. Dia pasti lebih kompleks dari yang kau ceritakan.
Alamak. Dia kucing biasa. Masa gara2 piaraanku, jadi ngikuti pola pikirku. Aku dan Thomas makhluk biasa.
BalasHapus
BalasHapusLha, kalau tak bisa membimbing ke arah yang sesat, ngapain dipiara? Sak karepmu, Ndhy.
Jadi kau anggap aku Lia Eden. Alamak. Aku Lia Imut. Huwek. Ha6
BalasHapusKo alamak terus aku bilang. Dasar.
BalasHapus
BalasHapusMulai stagnan dan tak kreatib. Penyakit para seniman. Wajar. Biasalah. Mudah-mudahan segera. Badai pasti berlalu. Yakin.
Butuh jeda.
BalasHapus