Dalam Pikuk Riuh Insan Berjubah Hitam
Kuberhenti. Diam mengambil napas dalam. Mengamati jalan penuh insan dalam aneka hasrat. Mencermati apakah di depan sana, di tikungan sebelah kiri, temanku berdiri. Ia berbincang dengan seseorang yang bukan diriku. Berharap ia kembali mengarahkan perhatian kepadaku, bukan teruntuk orang lain.
Tidak temanku. Lelaki berjubah hitam hanya mirip dalam jangkung. Ia beranjak bersama temannya. Aku masih diam tak melangkah. Untuk apa aku mengikuti kedua orang itu? Harapanku, dalam ketakberkutikanku, teman sesungguhnya berada di dekatku. Di belakangku, menepuk pundakku membuatku terkejut dan mengajakku berjalan. Meninggalkan diamku.
Tapi tanpa, tak ada, temanku terlalu sibuk. Aku berganti posisi. Tak berdiri lagi, jongkok masih di titik yang sama. Memandang pikuk riuh insan.
Tidak temanku. Lelaki berjubah hitam hanya mirip dalam jangkung. Ia beranjak bersama temannya. Aku masih diam tak melangkah. Untuk apa aku mengikuti kedua orang itu? Harapanku, dalam ketakberkutikanku, teman sesungguhnya berada di dekatku. Di belakangku, menepuk pundakku membuatku terkejut dan mengajakku berjalan. Meninggalkan diamku.
Tapi tanpa, tak ada, temanku terlalu sibuk. Aku berganti posisi. Tak berdiri lagi, jongkok masih di titik yang sama. Memandang pikuk riuh insan.
BalasHapusAliran penyembah berhala ya, Ndhy? Paganisme-paganisme gitu? Atau hanya sekedar fashion yang mundur ke masa silam?
Apapun bentuknya, item kriting gundulna
BalasHapus
BalasHapusOh, Serena Williams lagi? Kok kau ndak sekalian ngawinin mbakyu-nya, si Venus?
Venus dah mandul. Jarang dapat viala.
BalasHapus
BalasHapusObatin gih, pake Kiranti.
Emang Haid?
BalasHapusVenus kayanya bermasalah ama Mars deh
BalasHapusLho, aku Aries. Venus-mu itu ndak pernah ta sentuh deh kayaknya....
Bukannya kamu Leo bermuka jaran?
BalasHapus
BalasHapusSak karepmu Ndhy. Untung aku berjiwa besar, kalau tidak sudah kusantet kau.
Aku bawa wajan. Mental santetmu mah. Ha6
BalasHapus
BalasHapusKan aku pribumi tulen.