Semarang Tawang (Seri Pelancong Gendong)
Senja di Tawang. Kuinjakkan kakiku di stasiun kereta mirip dermaga untuk kali kedua dalam setahun. Kutelusuri ternyata bau etnis Cina terasa. Gaya stasiunnya tidak mirip stasiun di Bandung. Semarang sepertinya luput dari intipan tangan besi Kolonel Jepritz.
Bel berkumandang. Lagu Gambang Semarang. Bukankah itu pertanda jelas jika pengaruh Cina begitu kuat? Sudah pasti. Ceng Ho akan tersenyum mendengar analisis kecil-kecilan tapi tepat dariku, seorang pelancong gendong kelis teri asin. Tak mengapa, kita teruskan perjalanan ini.
Burung Sriti meliuk, merentangkan sayap, mencicipi air kolam hijau. Di depan stasiun Tawang. Lalu ia bergabung lagi bersama kawannya. Alangkah bahagia hati burung-burung di atasku. Aku ingin bermain dengan mereka. Tapi apakah mereka mau menerimaku?
Bagaimana dengan orang-orang Semarang? Aku belum mengenal mereka. Baikkah mereka? Ah, aku selalu bertanya tentang hal remeh temeh. Tentu saja mereka baik. Kecuali pada kerusuhan Mei 1998. Beringas. Etnis Cina yang menjadi urat nadi kota itu berada di dalam ketakutan. Aku dengar saat itu terjadi kerusuhan dan pembantaian. Juga pemerkosaan. Tapi apakah kupingku tidak salah dengar? Aku takut bayang bayang bedil tentara. Bisa-bisa urat kemaluanku diputus oleh mereka. Oya, _____ ah tidak jadi. Aku masih takut.
Ada Pabrik Rokok Perahoe Lajar, Gereja Blenduk, dan kuteruskan perjalanan ini. Menyusuri pinggiran Kota Semarang.
Bel berkumandang. Lagu Gambang Semarang. Bukankah itu pertanda jelas jika pengaruh Cina begitu kuat? Sudah pasti. Ceng Ho akan tersenyum mendengar analisis kecil-kecilan tapi tepat dariku, seorang pelancong gendong kelis teri asin. Tak mengapa, kita teruskan perjalanan ini.
Burung Sriti meliuk, merentangkan sayap, mencicipi air kolam hijau. Di depan stasiun Tawang. Lalu ia bergabung lagi bersama kawannya. Alangkah bahagia hati burung-burung di atasku. Aku ingin bermain dengan mereka. Tapi apakah mereka mau menerimaku?
Bagaimana dengan orang-orang Semarang? Aku belum mengenal mereka. Baikkah mereka? Ah, aku selalu bertanya tentang hal remeh temeh. Tentu saja mereka baik. Kecuali pada kerusuhan Mei 1998. Beringas. Etnis Cina yang menjadi urat nadi kota itu berada di dalam ketakutan. Aku dengar saat itu terjadi kerusuhan dan pembantaian. Juga pemerkosaan. Tapi apakah kupingku tidak salah dengar? Aku takut bayang bayang bedil tentara. Bisa-bisa urat kemaluanku diputus oleh mereka. Oya, _____ ah tidak jadi. Aku masih takut.
Ada Pabrik Rokok Perahoe Lajar, Gereja Blenduk, dan kuteruskan perjalanan ini. Menyusuri pinggiran Kota Semarang.
BalasHapusKata sepupuku, lumpia basah itu aromanya persis bau pipis.... Benarkah?
Enak aja. Ngece tenan.
BalasHapusLumpia tu favoritku.
Makanya ke Semarang. Ntar ke kampung halamanku, Purwodadi. Cuma 1 jam.
Mari sukseskan Visit Purwodadi Month
BalasHapusLha, aku kan ga tau.... Tapi kau juga ga bisa memaksa lidah Medanku bertransformasi jadi lidah Jawa Tengahan, kupikir.... Aku pilih rendang saja lah. Ah, bahkan rendang di Semarang pun rasanya manis!!!
BalasHapus.... Kau orang Purwodadi? Katamu kau orang Grobogan? Eh, Blora? Eh, Gunung Kidul? Eh, Pati? Eh? Eh?
Sukuisme ah. Belum merasakan sih. Tapi emang ko lumpia ada yang pakai kencing jaran. Sial.
BalasHapusItu karena isinya rebung.
Rebung baik bwat kesehatan rambut.
Tak percuma, rambutku cantik.
Ibukota Grobogan = Purwodadi
grobogan, kabupaten n pinggiran. Jadi biar elit, ucapkan: Purwodadi yes!
BalasHapusLumpia tanpa rebung, yes!!! Gimana sih kalian mengolahnya kok bau rebungnya masih tajam? Ah, aku curiga. Kau mesti nakal, mengencingi isi lumpia. Hayo ngaku!!!
Masih mending kami kencingi. Besok aku kasih apotas biar mulutmu berbuih.
BalasHapusTenang, lumpia dah lulus tes halal oleh Mr. Rondan. Mulut dia jadi acuan orang Rindunesia. Ha6
Ayolah, kamu belum coba masakan Jawa nan manis kaya aku? Ga baik antipati. Aku aja suka masakan Padang biarpun dulu mencret2.
Kamu dapat cewek Jogja mampus kau!Sayur aja kaya kolak
BalasHapusGendheng kau, masa cewe Jogja mau kau kasih potas? Lebih baik kau jodohkan denganku, konon kudengar cewe Jogja penggemar sastra.... Ingin ku belajar dari mereka.... Ah, tapi kebanyakan gula, bisa diabetes aku, lunglai kejantanan, dicerai aku sama biniku.... Apa artinya pria tanpa alat kejantanan.... Tak bisakah cewe Jogja dilatih masak yang pedas dan berempah?
Orang Jogja tuh fleksibel. Aku 9 taon dsna.Malah merasa diriku orang Jogja.
BalasHapusUntukmu aku kasih Nini Thowok, dia penari n suka sastra.Ha6. Peace.
Yang pasti, ga lengkap kalo kamu blm pernah ke Jogja.
Visit Jogja Century.
I luv Jogja
BalasHapusI luv cewe Jogja.
Dagadu! Kaos nomor satu
BalasHapus
BalasHapusIdhandy!!! Sundal, eh, calon penulis nomor satu!!! Maafkan Ndhy, pikiranku suka ga konsen kalau dipancing.
Aku bobo dulu. Ketemu di Pasar Buah Francois Tamutu, Perancis gang Potlot
BalasHapus
BalasHapusYuk mari....
Aku dah di pengkolan. Pakai gaun merah jambu. Bawa bunga kamboja. Selamat siang dunia
BalasHapus
BalasHapusZzzzzzz....
Ha?
Slurp.
Apa?
Ntar lah, setengah jam lagi.
Zzzzzzzz....
Oke. Ntar miskol ya. Miss Jengkol. Jangan lupa, bawa karcis
BalasHapus
BalasHapusMau nonton jaran kepang aja kok pake karcis....
Atau kita mo nonton tayuban yagh?
Apa aja. Asal aku di dekat dompetmu.
BalasHapus
BalasHapusUangku tak kusimpan di dompet, tau. Di tempat yang takkan mau kau menjamahnya. Hus tanganmu!!! Nakal! Jahil!
Aku tahu, di pecimu kan. Dekat organ vital pemikiranmu?
BalasHapus
BalasHapusIya, makanya jangan rogoh-rogoh, terkontaminasi pula aku nanti.
Tak ledakkan ama dinamitku.Bum, bum, haihai.Bum, bum, haihai
BalasHapus