Kasih Terputus Oleh Gagang Telepon
Biduk di ujung sana, kuharap kau mau menemuiku dan mengurai kekeruhanku. Membantuku melepas semua keluh dan hasratku yang menggebu. Semua bercampur menjadi satu yang tak mungkin dapat kuurai seorang diri. Dan kuyakin hanya dirimu seorang yang mampu melakukannya. Tak orang lain. Kutahu kasih itu kausimpan yang nantinya benar-benar kauucapkan melalui mulutmu yang pelan-pelan terbuka.
Ucapan melalui telepon serasa tak bisa menjelaskan isi sesungguhnya dalam diriku. Tak mungkin hitungan detik mampu menjabarkan segala perasaanku kepadamu. Kubutuh berjam-jam bersanding denganmu. Menceritakan semua yang selama ini menghalangi hubungan kita. Status diri, kepunyaan, dan angan-angan. Semuanya. Agar kita tak salah memilih. Aku tepat buatmu, dan kau terkhusus untukku.
Sungguh indah bila percakapan singkat ini beralih ke sebuah tempat temaram nan romantis. Di sana tersuguhkan aneka makanan yang kausukai, dan aku menunggumu sembari memandangi kelahapanmu. Aku merindukan dan berharap seperti itu. Lantunan musik indah juga menambah semarak hati kita yang membuncah. Telapak tangan kita saling beradu di atas nyala lilin. Hangat dan mengalir ke dalam hati kita. Memecahkan kebekuan yang selama ini ada di dalam diri kita.
Telepon, sungguh kau kejam pada diriku. Aku menginginkan dia berada di sini. Merengkuhku.
Post a Comment