Kasih Terputus Oleh Gagang Telepon (Bagian 2)
Sungguh aku sebetulnya malu dan ragu untuk kembali bersilaturahmi dengan Shantie setelah pertengkaran hebat semalam. Biasanya aku selalu menyapanya dengan kalimat manis yang membuai hati. Namun kali ini, kata-kataku hilang ditelan bumi. Semua diisap oleh Shantie, aku memperkirakan dengan kebenaran yang diragukan.
“Untuk apa lagi Mas telepon aku? Apakah semalam belum cukup untuk menyakiti perasaanku? Sudah cukup Mas hatiku sakit karena kata hinaanmu. Aku lelah dan tahu jika kau memang berselingkuh. Kau bercinta di belakangku, Mas. Seandainya kau memang berlaku jahat, tapi jangan sakiti aku dengan mencintai sahabatku sendiri. Marlina, Mas. Mas apakah tak tahu dia teman baikku?”
Aku terdiam, mengaku salah dan bingung dengan keadaan ini. Kalimat yang dilontarkan Shantie seolah menjadi pembalasan dendamnya padaku. Aku sempat berkelit dengan alasan-alasanku, tapi foto mesraku dengan Marlina yang dia tunjukkan semalam membuatku mati kutu. Siapa yang dengan sengaja meretakkan hubunganku dengan Shantie? Jika Marlina, sangatlah tidak mungkin. Marlina dan diriku sudah sepakat menjalin hubungan gelap ini dan menutup rapat rahasia ini. Mungkinkah perempuan-perempuan yang pernah kutolak atau lelaki-lelaki yang menyukai Shantie.
“Aku meminta maaf atas kesalahan yang kuperbuat, Ntie.”
“Terlambat Mas. Aku sudah berjanji melupakan Mas dari hidupku.”
“Kumohon, Ntie. Akan kuganti kesalahan ini dengan kesetiaan yang tak berujung.”
“Gombal. Semua ucapanmu tak bermutu lagi.”
(Kok, rasanya seperti sinetron gaya Indiahe ya. Apa kata Shantie dan Marlina jika membaca tulisan ini? Oh, aku memang harus belajar terus)
Post a Comment