Namaku (bukan) Dhany
"Perkenalkan, namaku Dhany," ucapku tegas.
Seketika teman-teman lamaku protes. Apalagi para penggemar fanatikku. Jelas, mereka tak akan terima apabila tokoh idolanya dipanggil dengan sebutan selain Andhy.
Ya, nama sebenarnya diriku adalah Andhy. Dengan huruf yang sangat khas: A-N-D-H-Y. Pemberian dari orangtuaku. Tentu lah, masak yang kasih nama orang lain.
Ada beberapa orang yang memanggilku dengan tambahan K di belakang namaku. Tapi, aku sungguh tak menyukainya. Berawal dari SMP, aku dipanggil teman-temanku di sekolah dengan Andi. Sungguh keren!
Kalau orang lain memanggilku dengan "Andik", pasti aku menurunkan simpatiku sedikit. 5 persen dari takaran seharusnya. Tapi, tak apalah.
Ada pengalaman seru
Kali ini, mulai April 2007, aku dipanggil dengan sebutan Dhany. Awalnya, canggung juga, sih, memakai nama yang tak akrab di gendang telingaku. Ini karena di kantor baruku ada banyak nama Andi. Jadi, untuk menghindari pengulangan, kesalahpahaman, dan hal-hal yang tidak dikehendaki, maka aku dipanggil Dhany.
Aku lama-kelamaan menjadi terbiasa. Soalnya, aku di kos juga menasbihkan diri sebagai Dhany. Toh, beberapa penulis besar dengan malu-malu kucing siam menyembunyikan nama sebenarnya. Aku jadi belajar menjadi "orang lain". Pengalaman unik, kan?
Pernah, saat ngobrol seru dengan teman kerja di arena chatting, dia memanggilku dengan Ndhy. Ya ... aku tak mengerti, siapa yang dimaksud. Ternyata, aku ... Wah, jadi keenakan menjadi Dhany.
Uniknya, temanku di Bandung bernama Dhany pula. Tapi, dia perempuan. Nama sebenarnya, sih, Indah. Jadi belipet-lipet, deh!
Aku rasa, enak juga punya nama yang diubah-ubah, ya. Bukan karena berkepribadian ganda, gaya-gayaan, atau sudah bosan dengan nama Andi yang apabila disurvei menang dalam pemakaian, tapi semua itu karena kebutuhan. Benar!
Aku punya nama Jawa yang keren sebetulnya: Slamet Mulyono. Itu pemberian dari nenekku. Diharapkan aku menjadi seseorang yang nantinya selamat dan mulia. Amin. Aku juga suka dipanggil mas Slamet. Jawa banget!
Karena banyak yang mengira aku orang Cina, karena aku bermata sipit, maka aku iseng-iseng pakai nama samaran Tionghoa. Ceng ceng lee. Aku tidak begitu paham dengan nama ini. Lumayan juga.
Ada nama udaraku: Smarty. Ini, sih, pasti!
Nama adalah berkah. Maka panggillah teman-temanmu dengan nama sebenarnya. Jangan panggil, "Hei ... hei!", atau "Ndul!", bahkan nama yang tidak enak di dengar telinga kita yang masih berhak mendengar alunan suci bernama suara Tuhan.
Walau banyak nama, tapi aku berjanji: Tak tenggelam dalam nama, tapi menyembulkan Nama Sang Kebaikan. Aku mencoba!
Seketika teman-teman lamaku protes. Apalagi para penggemar fanatikku. Jelas, mereka tak akan terima apabila tokoh idolanya dipanggil dengan sebutan selain Andhy.
Ya, nama sebenarnya diriku adalah Andhy. Dengan huruf yang sangat khas: A-N-D-H-Y. Pemberian dari orangtuaku. Tentu lah, masak yang kasih nama orang lain.
Ada beberapa orang yang memanggilku dengan tambahan K di belakang namaku. Tapi, aku sungguh tak menyukainya. Berawal dari SMP, aku dipanggil teman-temanku di sekolah dengan Andi. Sungguh keren!
Kalau orang lain memanggilku dengan "Andik", pasti aku menurunkan simpatiku sedikit. 5 persen dari takaran seharusnya. Tapi, tak apalah.
Ada pengalaman seru
Kali ini, mulai April 2007, aku dipanggil dengan sebutan Dhany. Awalnya, canggung juga, sih, memakai nama yang tak akrab di gendang telingaku. Ini karena di kantor baruku ada banyak nama Andi. Jadi, untuk menghindari pengulangan, kesalahpahaman, dan hal-hal yang tidak dikehendaki, maka aku dipanggil Dhany.
Aku lama-kelamaan menjadi terbiasa. Soalnya, aku di kos juga menasbihkan diri sebagai Dhany. Toh, beberapa penulis besar dengan malu-malu kucing siam menyembunyikan nama sebenarnya. Aku jadi belajar menjadi "orang lain". Pengalaman unik, kan?
Pernah, saat ngobrol seru dengan teman kerja di arena chatting, dia memanggilku dengan Ndhy. Ya ... aku tak mengerti, siapa yang dimaksud. Ternyata, aku ... Wah, jadi keenakan menjadi Dhany.
Uniknya, temanku di Bandung bernama Dhany pula. Tapi, dia perempuan. Nama sebenarnya, sih, Indah. Jadi belipet-lipet, deh!
Aku rasa, enak juga punya nama yang diubah-ubah, ya. Bukan karena berkepribadian ganda, gaya-gayaan, atau sudah bosan dengan nama Andi yang apabila disurvei menang dalam pemakaian, tapi semua itu karena kebutuhan. Benar!
Aku punya nama Jawa yang keren sebetulnya: Slamet Mulyono. Itu pemberian dari nenekku. Diharapkan aku menjadi seseorang yang nantinya selamat dan mulia. Amin. Aku juga suka dipanggil mas Slamet. Jawa banget!
Karena banyak yang mengira aku orang Cina, karena aku bermata sipit, maka aku iseng-iseng pakai nama samaran Tionghoa. Ceng ceng lee. Aku tidak begitu paham dengan nama ini. Lumayan juga.
Ada nama udaraku: Smarty. Ini, sih, pasti!
Nama adalah berkah. Maka panggillah teman-temanmu dengan nama sebenarnya. Jangan panggil, "Hei ... hei!", atau "Ndul!", bahkan nama yang tidak enak di dengar telinga kita yang masih berhak mendengar alunan suci bernama suara Tuhan.
Walau banyak nama, tapi aku berjanji: Tak tenggelam dalam nama, tapi menyembulkan Nama Sang Kebaikan. Aku mencoba!
jadi ?? kamu mau kupanggil apa nih ??? :p~~~
BalasHapussekarang Dhany saja, ya! Lebih fresh ...
BalasHapusJazzaLova!
Lo lucu banget, sih!
BalasHapusSIYAP nDhan !
BalasHapusAyo, push up 100 kali!
BalasHapusguwe ikutan push up donk?
BalasHapusKali lu berjodoh ama guwe
Hah?! Yang benar ... Makasih semangatnya! Hehehehe
BalasHapushmmm... ya ya haloo Dhani.... (dengan rasa sedikit aneh)
BalasHapusKalau kamu mah Dhany asli ... Aku Dhany asli, Ndah ... Jadi bingung, ya?! (Sambil garuk-garuk kepala, persis m0ny3t) wakakakakk
BalasHapus
BalasHapusPerkenalkan, saya Alfa Lubis. Saya juga berusaha tidak tenggelam dalam nama, namun saya kelas-jelas menolak dengan tegas bila dipanggil dengan nama penghuni kebun binatang atau nama-nama organ genital, khususnya kalau tidak diucapkan dalam bahasa Latin, hehehe......
ah lu lucuuuuu banget!
BalasHapusAh lu paksaaaaa banget!
BalasHapusDasar plagiator! Hehehe
BalasHapusDasar provokator! Hehehe....
BalasHapusYa ndak papa to. Kan dapat dana dari LN!
BalasHapusOngkang-ongkang, tapi rekening pinuhhhh ...
Oh, pantas Mas Andy sedang di Melbourne, tengah mengikuti Pelatihan Provokasi Yang Baik dan Benar? Saluuuud....
BalasHapusIh pengen dech jadi provokator....
Melbourne gang Cibaduyut.
BalasHapusYa, mari mari ...
saya pas kembali ke tanah air, nanti bikin Sekolah Khusus Pencetak Provokator Handal.
Kamu masih mau menjadi soulmate-ku kan? hahaha
Baik, tempatkan nama saya pada urutan pertama.
BalasHapusloo bukannya aku yang nomor satu
BalasHapuskamu nomor dua
(jadi berantem kursi kayak anggota dewan tralala trilili)
loo bukannya aku yang nomor satu
BalasHapuskamu nomor dua
(jadi berantem kursi kayak anggota dewan tralala trilili)
Ya sudah, yang kedua juga wokeh....
BalasHapusJadikan aku yang kedua buatlah diriku bahagyaaaa....
huwaaaakkkkkkkkkkkkk ....
BalasHapusada ayam betina di belakang rumah tuh.
Nyanyi? muter, muter, berguling ... keren!
Ya iyalah.... Secara programnya sudah diapdet gitu loch....
BalasHapushahhh kamu ngomongin naon?
BalasHapusNgomongin ayam.
BalasHapusdigoreng aja kaliiii
BalasHapusah ndak jelas ni
Tauuuuuukkkk.........
BalasHapusOK
BalasHapus