Pipa Pembuangan Kamar Mandi Mampet: Akibat Bulu Rambut Rontok. Tapi Bulu yang Mana?
"Hai, mampet! Airnya menggenang!" Teriak temenku di kamar mandi nomor 2. Kencang sekali. Aku, sih, cuek saja mendengar lompatan nada darinya. Benar-benar hal yang biasa.
Gimana, sih? Teman lagi kesusahan, kok, diam saja?! sisi baikku berkata.
Biarkan saja, biar tahu rasa itu perempuan! bakat "setan"ku mulai bercericau ganas.
Maju, mundur, maju, mun ... aku putuskan untuk membiarkan saja perempuan itu berteriak-teriak lepas. Aku pikir, ini sebuah tindakan yang pas biar dia tahu kalau hidup tak akan dapat diselesaikan dengan teriakan.
Habis, gimana lagi? Itu, kan, kesalahan para perempuan penghuni kos sendiri. Penyebabnya adalah:
1. Membuang sisa makanan seperti nasi ke dalam lubang pembuangan.
2. Ini yang paling parah! RAMBUT.
Kalau poin pertama, ya ... bisa diterima lah. Biasanya saking enaknya dan menikmati kegiatan mencuci piring, jadi lupa membuang sisa makanan di tempat sebenarnya.
Mari kita bahas poin kedua!
Menurut info bapak kos, rambut yang ditemukan beberapa hari adalah kumpulan rambut perempuan?! Nah, lho! Keriting lagi ...
"Dhany, panggilanku di Bandung, rambutmu pada rontok di kamar mandi, ya?" tanya temanku nyaring.
"Apa?!" aku balik bertanya.
"Ini rambutmu yang mana, sih, Dhan?" kembali lagi si perempuan cerewet itu bertanya.
"Bukan punyaku, lah!" jawabku tegas.
"Lantas siapa yang dengan tega bermain-main dengan rambut jahat ini?" dia makin beringas.
"Mana aku tahu?!" aku langsung meninggalkan tempat peristiwa seketika.
Daripada meneruskan pembicaraan yang tak jelas, aku mulai jalan-jalan ke luar kos. Aku lalu berpikir: Pipa mampet, rambut rontok, dan air menggenang. Kalau diusut melalui badan forensik nasional Rindunesia, yang ga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, jelas aku bukanlah tersangka.
Ciri-ciriku:
1. Postur badan: 175 cm, 65 kg. Ini bukan yang dibutuhkan dalam penyidikan.
2. Gigi gingsul. Apalagi ini! Tak masuk dalam hitungan para detektif.
3. Mata sipit. Wah, ini mendekati benar. Karena ada bulu mata. Tapi, apa mungkin bulu mata membuat pipa pembuangan mampet?
4. Bulu kaki keriting. Nah, bisa jadi ini yang menjadikan alibiku tak berlaku. Tapi, bulu kaki kemarin minggu baru dikerok. Mulus.
5. Bulu ketiak. Waduh, ini kena sensor BSB, deh. Badan Sensor Blog.
6. Sedangkan, rambutku tebal dan memesona. Sehari keramas dua kali. Entah karena apa, aku suka sekali keramas. Karena enak kali, ya!
7. Tak ada bulu lagi ...
8. Wah, masih tidak percaya. Beneran!
9. Ada, deh! Cuma, sisa bulu itu sengaja aku rahasiakan. Oke selamat menebak.
Jadi, penuduhan yang dialamatkan kepadaku tentang siapa yang membuat pipa bocor, mutlak adalah TIDAK benar.
Aku masih menyelidiki; siapa sebenarnya yang membuat onar di kosku. Ibu koskah, teman kos perempuan, teman kos laki-laki, atau siapa?
Bantu saya, dong!
Ada hadiah cantik, lho.
Gimana, sih? Teman lagi kesusahan, kok, diam saja?! sisi baikku berkata.
Biarkan saja, biar tahu rasa itu perempuan! bakat "setan"ku mulai bercericau ganas.
Maju, mundur, maju, mun ... aku putuskan untuk membiarkan saja perempuan itu berteriak-teriak lepas. Aku pikir, ini sebuah tindakan yang pas biar dia tahu kalau hidup tak akan dapat diselesaikan dengan teriakan.
Habis, gimana lagi? Itu, kan, kesalahan para perempuan penghuni kos sendiri. Penyebabnya adalah:
1. Membuang sisa makanan seperti nasi ke dalam lubang pembuangan.
2. Ini yang paling parah! RAMBUT.
Kalau poin pertama, ya ... bisa diterima lah. Biasanya saking enaknya dan menikmati kegiatan mencuci piring, jadi lupa membuang sisa makanan di tempat sebenarnya.
Mari kita bahas poin kedua!
Menurut info bapak kos, rambut yang ditemukan beberapa hari adalah kumpulan rambut perempuan?! Nah, lho! Keriting lagi ...
"Dhany, panggilanku di Bandung, rambutmu pada rontok di kamar mandi, ya?" tanya temanku nyaring.
"Apa?!" aku balik bertanya.
"Ini rambutmu yang mana, sih, Dhan?" kembali lagi si perempuan cerewet itu bertanya.
"Bukan punyaku, lah!" jawabku tegas.
"Lantas siapa yang dengan tega bermain-main dengan rambut jahat ini?" dia makin beringas.
"Mana aku tahu?!" aku langsung meninggalkan tempat peristiwa seketika.
Daripada meneruskan pembicaraan yang tak jelas, aku mulai jalan-jalan ke luar kos. Aku lalu berpikir: Pipa mampet, rambut rontok, dan air menggenang. Kalau diusut melalui badan forensik nasional Rindunesia, yang ga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, jelas aku bukanlah tersangka.
Ciri-ciriku:
1. Postur badan: 175 cm, 65 kg. Ini bukan yang dibutuhkan dalam penyidikan.
2. Gigi gingsul. Apalagi ini! Tak masuk dalam hitungan para detektif.
3. Mata sipit. Wah, ini mendekati benar. Karena ada bulu mata. Tapi, apa mungkin bulu mata membuat pipa pembuangan mampet?
4. Bulu kaki keriting. Nah, bisa jadi ini yang menjadikan alibiku tak berlaku. Tapi, bulu kaki kemarin minggu baru dikerok. Mulus.
5. Bulu ketiak. Waduh, ini kena sensor BSB, deh. Badan Sensor Blog.
6. Sedangkan, rambutku tebal dan memesona. Sehari keramas dua kali. Entah karena apa, aku suka sekali keramas. Karena enak kali, ya!
7. Tak ada bulu lagi ...
8. Wah, masih tidak percaya. Beneran!
9. Ada, deh! Cuma, sisa bulu itu sengaja aku rahasiakan. Oke selamat menebak.
Jadi, penuduhan yang dialamatkan kepadaku tentang siapa yang membuat pipa bocor, mutlak adalah TIDAK benar.
Aku masih menyelidiki; siapa sebenarnya yang membuat onar di kosku. Ibu koskah, teman kos perempuan, teman kos laki-laki, atau siapa?
Bantu saya, dong!
Ada hadiah cantik, lho.
Bukan buluku loh ...
BalasHapusjorok banget sih kosanmu..hiii
BalasHapusAku malah suka kosan yang jorok. Biar pada semaput dan membungkam mulut2 harimau betina.
BalasHapus