BADMINTON TASIKMALAYA: Tentang Kok

Badminton kini sudah memikat hati saya. Tiap Rabu dan Sabtu, saya ikut klub bulutangkis di Tasikmalaya. Di situ, saya bertemu dengan teman teman baru yang penuh energi. Kebanyakan sudah bekerja dan berkeluarga sehingga bisa Anda tebak jika kami tidak memusingkan kalah ataupun menang. Kami mengejar kesenangan usai bekerja memeras otak, dan memilin badan tiap hari. Ini ajang kekerabatan, penuh gelak tawa, dan memberi tepuk tangan yang riuh pada mereka yang main.

Saya akan menceritakan banyak hal tentang badminton di kota santri ini yang punya legenda bulutangkis Indonesia: Susy Susanti. Ada keunikan yang saya rasakan, atau mungkin Anda alami di kota tercinta Anda, dan saya akan menceritakan itu secara bertahap.

Pertama, saya menyuguhkan cerita tentang shuttlecock atau kok biar lebih mudah. Pengibaratannya, kok ialah peluru yang dilepaskan seorang tentara dari bedilnya. Kok ialah penggempur pertahanan lawan biar tersungkur takluk. Anda harus mengenal kok yang digunakan para pemain badminton di Tasikmalaya.

Mengerikan!

Pemain di sini memetik terlebih dahulu kok sebelum menggunakannya. Saya belum tahu tekniknya, namun saya yakin jika pebulutangkis sini mengandaikan dirinya seorang gitaris. Ia memainkan senar senar berdawai yang menghasilkan melodi indah. Selesai memetik kok, para pemain menyiksa lagi dengan memekarkan kok dengan sikut. Alamak, apakah gerangan yang mereka maksud dengan tindakan itu?

Telisik punya, kok yang dipetik dan dimekarkan akan melambat lajunya karena terjadi gesekan dengan udara. Akibat kok yang bergerak lambat, pemain dituntut untuk lebih kuat menepak kok. Tenaga terkuras habis. Inilah yang saya sukai berbulutangkis ria di Tasikmalaya. Stamina benar benar diuji, jangan harap jika Anda tidur larut malam akan fit esok harinya. Dijamin tenaga Anda jatuh saat bermain.