Header Ads

CPNS DOSEN 2014 (Bagian 5): Memilih Universitas


Memilih calon istri lebih gampang ketimbang universitas yang akan kita tembak. Jika calon istri tak terlalu pilih pilih, penting perempuan, tidak begitu dengan kampus tempat kita nanti mengajar. Kita harus jitu! Meleset sedikit, mata rada meleng, target tak kita dapat melainkan kecewa sepanjang hayat. Karena: Ini Tahun Terakhir Bisa Ikut CPNS Dosen, Kawan!

Waktu pengumuman formasi sudah tiba. Ada sekira enam ribuan calon dosen dan tenaga kependidikan yang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tawarkan dari banyak satuan kerja atau perguruan tinggi negeri dan kopertis di seluruh Indonesia. Jelas itu menggemuruhkan semangat saya juga membikin saya ciut nyali. Artinya, saingan saya super banyak. Masih pula terbebani oleh ketakutan akan adanya usaha kotor para penyogok ratusan juta rupiah.

'Ah, nggak usah mikir macam macam!' saya membesarkan hati saya sendiri. 'Alloh melihat usaha kita. Kalau dipandang kita mampu, pasti rezeki nempel ke kita. Mereka yang tidak bersih tak perlu kita anggap. Alloh punya hitungan tersendiri yang lebih canggih dari otak manusia yang terbatas.'

Saya mulai memetakan persaingan. Langkah langkahnya sebagai berikut:

1. Kebutuhan dosen jurusan teknik sipil saya kumpul-tuliskan di secarik kertas sehingga saya paham daerah mana saja yang punya kans besar. Saya berpikir kala itu jika universitas yang saya pilih di Pulau Jawa. Bukannya saya tak berani bersaing memperebutkan lahan rezeki di luar Jawa, namun persaingan di negeri seberang sekarang malah lebih sengit. Banyak calon dosen tangguh yang ingin berkarya di sana karena lebih cepat melejit dan berkembang. Itu berarti terjadi penumpukan calon dosen. 

Pulau Jawa tentu jadi favorit dan para pelamar akan banyak pula beradu nasib di sini. Intinya, saat ini sama saja nilai probabalitas masuknya antara Jawa dan seberang. Saya memutuskan yakin di Pulau Jawa saja. Universitas mana? 

2. Terus terang, saya masuk ke zona pertumpahan darah. Orang tua dan saudara kandung saya turun tangan membantu saya memilih universitas. Mereka meminta saya dekat rumah saya seperti Jogja, Solo, atau Semarang. Bapak ibu sudah menua biar bisa mengontrol tiap bulan, kata mereka. Menarik juga pikir saya. 

Solo, tak ada formasi teknik sipil. Jogja ada, Semarang ada. Wah, bisa saya goyang, nih! 

'Coba UGM, Mas! Gelundungan.' pinta bapak. Gelundungan berarti coba coba konyol siapa tahu masuk. 

Bunuh diri kalau saya memilih UGM. Saya paham sekali kampus saya itu. Tidak terlampau brilian, pun kedekatan saya dengan salah satu profesor nihil. Biasanya, profesor UGM sudah punya jagoan yang dipekerjakan sebagai asisten bertahun tahun. Secara nilai, saya kalah start. Meski tes TKD secara online nanti tinggi, tes TKB akan tethadang dan tumbang. Jogja, coret! 

3. Semarang pilihan paling realistis. Selain dekat dengan Purwodadi, grade Unnes di bawah UGM yang berarti saya masuk kategori bisa dipertimbangkan nantinya. Kebetulan Unnes membuka formasi dosen teknik sipil hidro. Ini sudah semakin mengerucut kebutuhannya. Kemungkinannya besar. 

Ada lagi sebenarnya yang bisa saya pilih yaitu Universitas Tidar Magelang dengan satu formasi teknik sipil. Namun saya membatalkannya karena perhitungan saya Untidar dekat Jogja sehingga serangan akan frontal dari kota terdekatnya itu. 

Pilihan hanya satu, Unnes lah yang saya akan pilih. Yakin lillahi ta'ala dan ibu bapak merestuinya. 

Tidak ada komentar