Header Ads

MALAS ke PENGAJIAN

Kokok jago sudah berganti deru kenalpot motor dan keributan kecil tetangga sebelah yang sang istri mengomel pancinya hilang pada suaminya. Waktu subuh telah lewat dan saya menyia nyiakannya tak melaksanakan salat. Dosa, sungguh tumpukan kelalaian saya bikin. Kasur lebih menarik diri saya.

Jam delapan saya cek di layar gadget yang berarti saya lebih tertarik memainkannya ketimbang bangkit mandi. Minggu yang parah setelah kejadian penolakan menyakitkan namun saya menerimanya sebagai intropeksi saya. Alasan itulah yang sebenarnya saya punyai hingga malas salat subuh. Malas segalanya!

***

Pikiran melayang layang, masih meratapi kenapa saya meluncurkan kalimat yang semustinya tak harus saya berikan padanya. Sudahlah, tak patut terus bersedih. Ini bukan perpisahan, tapi jalan untuk mendewasa dan memperbaiki suatu hubungan.

Jam sembilan saya baru beranjak ke kamar mandi. Padahal acara pengajian di Masjid Agung Tasik sudah mulai. Anehnya, saya tak memburu burukan diri malah santai sembari menyanyi nyanyi melepas kekesalan. Ah, paling juga molor acaranya, pikir saya. Konyol banget kalau tepat waktu!

Sampai di masjid pukul sepuluh dan saya belum sarapan. Rasanya perih perut ini sekaligus hari yang tercabik meninggalkan luka berdarah. Speaker sudah keras menyuarakan kajian dari sang ustaz. Saya tersadar telat. Buru buru saya membuka sepatu, menaruhnya di tangga namun tak jadi karena takut hilang, dan menuju dalam masjid.

Mengambil tempat duduk paling depan, saya hanya dapat materi terakhir. Syukurin salah sendiri telat, gerutu saya. Masuklah sesi berdoa sebelum tanya jawab. Aduh, waktunya pada nangis nih, batin saya. Memang benar, beberapa orang terdengar sesenggukan. Penginnya saya usil menyambangi si penangis dan mengulurkan tisu. Namun, saya dosen yang harus elegan. Tak jadilah saya melakukannya.

Sesi tanya jawab didominasi cewek dengan cowoknya tak aktif bertanya. Termasuk saya. La wong saya tak mengerti materinya. Walhasil, pengajian ini saya dapat zonk!

Besok kalau ada tauziah kudu lebih awal datangnya, perintah diri saya sendiri. Mendengarkan saja sang ustaz bercingcong ria. Masalah setuju tidak itu urusan belakang. Setidaknya, hadir di masjid lebih bagus ketimbang tidur. Halah, salat subuhmu piye?


Tidak ada komentar