Header Ads

ASYIKNYA MENGAWAS UJIAN!


Sebagian orang jika ditanyai suka tidak mengawas ujian, saya berani bertaruh, akan menjawab tidak menyukainya karena membosankan. Mengawas ujian ibaratnya momok, di samping honor yang kecil, yang tak patut kita lakukan.

Namun saya berpendapat lain dan saya yakin Anda sama. Ujian tiba ialah kesenangan itu sendiri. Inilah waktu panen raya dosen usai memberi asupan materi kuliah dan kebijaksanaan yang deras kita gelontorkan pada mahasiswa. Dosen bisa mengukur kadar keberhasilan proses belajar mengajarnya lewat mengawasi ujian anak anak didiknya.

Apa yang bisa dosen petik dari mengawas ujian?

Bahasa tubuh mahasiswa bisa kita baca saat ujian berlangsung. Gerak mata, geliat tubuh, mimik mahasiswa dapat kita analisis apakah mereka telah menguasai materi. Memang ini salah satu komponen penilaian lain, sih. Namun percayalah ini ampuh sebagai reviu proses pembelajaran semester berikutnya.

***

Pada titik ini ketika saya mengawasi ujian sebagai dosen, saya terbahak sendiri mengingat zaman kuliah dulu. Pengawas ujian bagi saya dahulu pantas untuk kita musuhi. Sejak masuk ruang ujian, aroma tubuh mereka anyir darah terkadang bangkai yang menusuk nusuk hidung. Waktu membagikan lembar jawab dan soal, tangan mereka berbulu lebat dengan kuku kukunya siap mencakar wajah peserta ujian. Mengerikan!

'Silakan kerjakan sendiri!'

Kalimat itu bikin saya pengin menubruk si pengawas itu lantas menutup mulutnya pakai plester. Sudah tahu kenapa musti diucapkan sama si penjagal itu?! Apalagi kalau mereka berkeliling mengawasi kami, pengin sekali kaki saya menghalangi jalan hingga mereka tersungkur dan seluruh isi ruangan meledakkan tawanya. Mampus!

'Waktu tinggal tiga puluh menit!'

Ucapan orang nggak waras. Kami sudah punya jam tahu?! Bikin panik saja. Napas saya memburu mengejar soal yang belum saya kerjakan karena sulitnya minta ampun. Wajah pengawas ujian sudah tampak seringainya dengan gigi gigi tajamnya menertawai puas pada saya dan teman teman. Oke, tunggu balasannya!

Dan, kau tahu, sekarang saya menerima karma itu. Entah berapa mahasiswa yang mengutuk saya kala ujian.


Tidak ada komentar