Header Ads

MERRY RIANA: Beneran Dia Perempuan Sejuta Dolar?


Lepas menonton film Merry Riana, saya malah menyangsikan keberjutaan dolar sosok sang tokoh yang film ceritakan. Adilnya memang saya musti membaca bukunya karena pasti lebih detail. Nah, film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar malah terkesan si Merry menggapai mimpinya dengan tidak luar biasa. Maaf, saya harus menyebutkan fragmen film bisa semua orang mencapainya.

Kemungkinan besar jatuhnya nilai film ini karena penokohan Merry Riana oleh Chelsea Islan sebagai pendatang baru menurut saya terlalu lebay. Sepanjang aktingnya tak mampu memainkan ritme dengan cerdik alih alih membabi buta dengan aura sedih yang berlebihan. Saya bukannya sok bisa berakting. Posisi saya sebagai penikmat film dan tidak nyaman sekali dengan peranan Chelsea Islan. Kameo Merry Riana yang sebenarnya di penghujung film bisa menjadi bahan perbandingan jika Chelsea tidak begitu tenang membawakan sosok utama itu. Apakah iya selama berada di Singapura perangai Merry Riana dalam mempertahankan hidupnya sedih melulu? Ayolah, hidup memang susah tapi jangan mempersusahnya!

Pada awal film saya sudah kena hantam sesuatu yang bagi saya tidak logis. Bukankah latar Merry Riana pergi menyelamatkan diri waktu Ketusuhan Mei 1998? Betulkan saya jika luput. Tapi, mengapa ayah Merry waktu kerusuhan mengibar ngibarkan uang seratus ribu bergambar "Sukarno Hatta" yang notabene uang zaman sekarang?

Ketidakcermatan lain ialah menampilkan produk Granier pencuci wajah yang juga keluaran sekarang. Apa saya goblok, ya? Membohongi penonton jangan keterlaluan lah, Dhamoo Punjabi?! Eh, Sampeyan mejeng di film ya, Bos? 

Lalu yang mengganjal pikiran saya, "Tampang Chelsea Islan tidak ada Tionghoa sama sekali ....' Olala, apa minus mata saya bertambah banyak, ya? Untungnya film ini tertolong dengan tokoh Alva yang okelah dan soundtrack yang lumayan.

Sebetulnya, niat tidak sih bikin film si sutradara ini? Siapa namanya, ya? Kok nggak terkenal? Justru belum terkenal seharusnya menampilkan mutu yang tinggi. Singapura yang bersih dan disiplin itu tak tergarap dengan maksimal. Kudunya setting bisa unggul jika mau kerja lebih keras. Okelah jika masalah perizinan sulit. Tapi ayolah, Nanyang Technological University juga bisa Anda cantikkan pada penonton!

Akhirnya saya pada simpulan jika film Merry Riana tidak jelas mau ke mana. Artistik tidak masuk, penokohan datar, cerita ya biasa saja. Mungkin ini masalah selera saja. Dan ungkapan Prof. BJ. Habibie yang mengatakan ada dua film luar biasa menurutnya yaitu Merry Riana dan Habibie Ainun agaknya tidak sesuai kenyataan.

Maaf, Prof. Habibie! Saya berlainan selera dengan Bapak. Skor 4 bintang dari 10 untuk film ini.

Tidak ada komentar