Header Ads

SEKTE PEMUJA DIAN SASTRO & NICHO SAPUTRA


Dua belas tahun berlalu, sejak 2002 boom film "Ada Apa dengan Cinta?", kami membentuk sekte pemuja dua tokoh utamanya. Dian Sastro kami beri sebutan Hyang Dewi Dian Sastro. Nicholas Saputra kami kasih nama baru Santo Nicho Saputra. Anggota sekte kami sudah ratusan yang tersebar di seluruh Nusantara. Mau tahu apa yang kami lakukan? Memuja Hyang Dewi dan Santo sudah pasti. Selain itu, kami melakukan amal sosial seperti membujuk para gelandangan untuk insyaf dan mau bekerja, menyantuni tante tante girang agar tersentil hatinya tak beringas, dan masih banyak lagi. Tertarik untuk bergabung?

Bagi sekte kami, Ada Apa dengan Cinta ialah ruh kami. Berkatnya, hidup kami yang gelap, tak mengenal manisnya cinta, terangkat dan sekarang jiwa kami terlumuri oleh kasih. Hyang Dewi Dian Sastro dan Santo Nicho Saputra penyejuk hati kami selain mereka berhasil mengangkat perfilman tanah air yang lesu. 

'Kita harus terus mempertahankan semangat kita! Dukung terus Hyang Dewi dan Santo untuk berkembang di dunia hiburan!' ucap pimpinan sekte kami bernama Gombloh yang bertubuh super bongsor sambil membuat perapian kecil. 

Asap membumbung di ruangan seratus meter persegi ini. Ada lima puluh orang yang berkumpul sembari menunggu mulainya film AADC versi Kompas TV.

'Kita musti bersyukur Hyang Dewi Dian Sastro kembali mau berakting setelah sibuk mengurusi suaminya. Damn!' tambah Gombloh pimpinan kami. 

'Hula walaaa ....' seru seluruh penganut sekte. 

Hula walaaa ialah pernyataan setuju dari seluruh anggota. Jika salah satu anggota tak mengucapkannya, ada ada saja keburukan yang menimpa kami. Entah itu bisul di pucuk hidung, jerawat memenuhi punggung kami, dan banyak lagi. 

'Kurang berapa menit?' tanya Gombloh. 

'Sepuluh menit lagi!' jawab saya. 

'Sabar, ya! Dua belas tahun menunggu. Itu sudah sangat sabar diri kita. Inilah kemunculan Hyang Dewi dan Santo kita!' Gombloh berteriak nyaring.

'BOS ... interupsi!' potong saya. 

'Ada apa denganmu, Cinta? Eh, eh, eh .... Ada apa, Kang Danie?' tanya Gombloh. Seluruh mata anggota mengarah pada saya. 

'Anu, Bos ...' saya ragu mengatakannya. 'Anu, orang orang di luar sekte kita lagi ribut!' 

'Ribut apa?!' 

'Tentang pengosongan kolom agama atau menghapuskannya!' 

Gombloh pimpinan sekte kami meledakkan tawanya. Ia serius terpingkal pingkal dengan anggota lain mengikutinya. Saya bingung apa ada yang lucu dengan ucapan saya. Soal agama dan kepercayaan di KTP tengah dibincangkan panas. 

'KANG DANIE! Mau dikosongkan, dihapus, diledakkan, dibom atom, itu tidak kita pedulikan! Kita sebagai sekte tak harus meributkan hal remeh itu! Biarkan para pengaku beragama dan berkepercayaan atau ateis sekalipun saling bacok. Kita damai saja. Paling penting buat kita, Hyang Dewi Dian Sastro dan Santo Nicho Saputra ada di relung hati terdalam kita. Begitu bukan!' 

'Hula walaaa ....' saya pun ikut lebur dalam matangnya jiwa kami. 

'AADC mulai! Siapkan tisu!' Gombloh memerintah.

Tidak ada komentar