Header Ads

JENGKOL BUAH SURGA


Lebih ekstrem lagi, Jhony meyakini jika saja jengkol ada di surga, Adam dan Hawa akan lebih kepincut ketimbang quldi yang berujung pengusiran mereka ke Bumi yang sesak oleh kemunafikan. Saya sebagai kawannya menerima saja pendapatnya karena itu hak Jhony sebagai anggota "Jengkol Lovers". Saya cukup menikmati jengkol apa adanya tanpa embel embel cerita muluk. Jengkol memang makanan yang mengungguli apapun. Daging sapi, ayam, atau kuliner yang Bondan Mak Nyus tawarkan lewat sudah! 

Ada ada saja ide Jhony kalau anggota komunitas berkumpul. Ia paling cerewet seolah isi otaknya hanya jengkol. Tak henti hentinya ia mempromosikan khasiat jengkol kepada siapapun dan di mana ia berada. Pernah suatu saat, Jhony menyampaikan idenya ketika anggota Jengkol Lovers nongkrong bareng.

'Inovasi apa lagi yang musti kita sodorkan ke masyarakat, Broh Sisz?' tanya Jhony dengan akhir kalimatnya mendesis seperti seekor ular keracunan jengkol. 

'Gimana orang makan jengkol nggak bau mulut, pipis, dan bokernya!' seru Lina, perempuan aktivis anti korupsi berkulit sawo matang, berpostur mungil, dan pergerakannya gesit. 

Jhony tersenyum, dagunya naik sedikit, matanya menyipit. 'Bukankah kita sudah membahas minggu kemarin, Nona Lina? Sampeyan nggak masuk sih .... Panen jengkol kemarin ya? Kok nggak bagi bagi?' 

Lina tak tersinggung malah memukul Karsa si tukang becak yang mengudap jengkol goreng di tengah anggota yang duduk melingkar. 

'Tugas kita sekarang mencipta lulur, sunblock, atau masker, dari jengkol! Kita sasar pasar ibu ibu yang pegang uang suaminya. Kalau kita berhasil menguasai pangsa ibu ibu, komunitas kita berkembang. Kita tidak mau jatuh cuma kumpulan penggemar jengkol edan bukan? Kita butuh profit!'

Sontak perkumpulan ini ribut. Saya tak setuju dengan usul Jhony karena itu membuat pamor jengkol yang eksklusif jadi ambruk. Dalam batin saya, jengkol biarlah tetap seperti sekarang yang hanya orang orang cerdas yang tahu jika kandungan vitamin C nya tinggi. Proteinnya melebihi tempe. Masalah bau, itulah Tuhan menyembunyikan kelezatan di balik ketidak-enakan pesing jengkol. 

'Jengkol akan langka di pasaran kalau nanti ibu ibu keranjingan dan kecanduan jengkol, Kang Jhony!' kilah saya. 

'Maksudmu, Broh Danie?' Jhony bertanya.

'Janganlah ide lulur, masker, atau apa itu kita wujudkan. Kalau orang orang terutama ibu ibu cocok, mereka akan mengejar ngejar kita, minta produksi ditingkatkan. Kita sudah tidak lagi penggemar jengkol melainkan jengkol yang memperbudak kita!' 

Lina mengangkat jempol tangannya pada saya. Saya mengecupkan bibir padanya. Biarkan cinkol, cinta jengkol, merayapi diri kami. 

'Kan ini baru ide dari saya.' jawab Jhony. 'Saya masih mencari formulanya. Nanti saya sampaikan ke pertemuan berikutnya! Ada ide lain?' 

Saya membalas, 'Kita santap kudapan jengkol di depan kita dulu. Bukankah kita sudah sepakat jengkol mencerdaskan otak? Nah, selesai makan, pasti ide brilian muncul!' 

'SIAPPP!' jawab seluruh anggota Jengkol Lovers.

Tidak ada komentar