Header Ads

ROKOK LAGI DEH!

Rosan kali ini beralih bahasan bukan tentang bahaya telur dan semut pada kesehatan mata melainkan perihal rokok. Ia seorang pecandu lintingan tembakau dan sering merokok sembarangan membagi asap laknatnya ke orang orang di sekitarnya.

'Rokok haram itu guyonan cap kadal bunting, Dan!' Rosan memulai pertengkaran sengit dengan saya.

'Kadalnya bukan jantan pasti!' seru saya.

Rosan tak tertarik dengan candaan saya. Bibir hitam pekatnya tampak bergetar menunjukkan ia geregetan pada si pembuat fatwa rokok haram.

'Kau mau kasih alasan kalau rokok menghidupi ribuan pekerja pabriknya, San?' tanya saya.

'Tidak. Itu alasan kuno. Orang picik yang memberikan argumen cabul itu.' jawabnya.

'Lalu apa?'

'Jika rokok haram, kenalpot motor lebih lagi. Dia memabukkan. Super dia bikin orang misuh misuh. Nggak percaya? Pasang mulutmu ke kenalpot, aku bleyer keras keras!'

'Jadi begitu penjelasanmu, San?'

'Ada lagi!'

Rosan menerangkan macam macam, ini dan itu, dari berbagai sudut pandang. Saya menyimak saja. Karena debat antara tukang perokok dan pecinta hidup sehat garis keras tanpa tembakau tak ubahnya menggali dua liang kubur. Setelah kuburan selesai dibikin: si perokok dan si kontranya saling menusukkan belati. Mereka akan berujar:

'Ayo kita masuk kuburan. Kamu di liang yang kugali. Aku di tempatmu. Nanti kita SMSan ya. Kita akan jadi tetangga yang rukun dan harmonis!'

'Oke.'

Tidak ada komentar