Header Ads

Raibnya Ruang Bermain Kami


Kalau di Jogja, kita bebas bermain di mana saja asal tertib. Mudah kita mendapat ruang terbuka atau indoor yang mewakili kesenangan komunitas kita. Dan ini sangat positip. Hobi tak harus diampet, ditahan, justru disalurkan. Karena hobi ialah hati, ruang bermain mutlak ada.

***

Malam takbiran yang ramai. Ini hari kedua, capoeirista Purwodadi bikin roda. Karena kesibukan masing masing, hanya ada empat gundul yang hadir; Eiga Kwartano, Adista Widi, Andreas Tresno (kami belum berteman di FB), dan saya si Lincah Berpesona Gaib. Danny Pratama jaga toko air punya papanya jadi absen.

Spot kami beraksi capoeira sama dengan kemarin di sisi Utara Simpang Lima Purwodadi. Menurut terawang saya dengan pengetahuan Feng Shui ala kadarnya saya, posisi itu punya aura air. Ho oh, air Cuy .... Anda tahu air kan? Dusta kalau tidak! Artinya, roda kita akan mengalir .... liar tapi tetap berteknik tinggi. Mimpi kami begitu sih .... Kami mencobanya keras.

***

Musik dari berimbau, alat utama capoeira, pandeiro yaitu tamborin Brazil, juga atabaque, bercampur baur dengan takbir masjid dan deru mobil dan motor. Rusuh banget memang. Belum Hendricus Widi kirim SMS:

'Waktunya takbir, kamu malah jempalitan!'

Saya cueki itu mentor menulis saya yang paling pedih, pedas, dan beringas. Untuk malam ini dia saya anggap cecunguk kurang sajen.

Masih sama dengan malam kami bercapoeira, yang kami sesalkan adalah simpang lima sudah seperti arena motor motoran. Pengendara seenak udelnya pakai tempat yang semustinya ramah buat bermain. Kami menyadari itu sudah jadi budaya. Tapi, saya mengelus dada tanda prihatin, sebegitu tidak berhatikah orang Purwodadi?
Itu sisi lain saja yang tak harus disesali. Meski kami berjogo terpotong potong oleh motor yang hilir mudik, secara total kami puas. Tak ada alasan untuk menyesali promosi, begitu kami menyebut, capoeira kami di tanah kelahiran kami: Purwodadi.

Saya yang jarang pulang kampung, berdoa semoga makin banyak ruang bermain di Purwodadi dibarengi apresiasi terhadap seni yang semakin baik. Karena senilah yang memperhalus budi di tengah ruwetnya banyak masalah. Begitu keyakinan saya.

Terima kasih buat Capoeirista Geng 111. Nuwun atas jamuan mengasyikkan dari kalian. Atas cerita edannya juga. Semoga kita kembali jogo dalam waktu dekat. Sampai berjumpa lagi, Saudara.
— with Eiga Kwartano and 3 others.

Tidak ada komentar