Header Ads

Pasty, Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (Bagian Dua)




Berada di gerbang masuk Pasty, kuhampiri tukang asong minuman. Kuuluk salam dan kubilang pada si ibu penjual aku butuh teh botol. Ia mengatakan harganya, aku setuju, dan ia mencungkil tutupnya.

'Terima kasih, Bu.'

Kuberi ia uang dua ribu rupiah sesuai kesepakatan. Aku tak memberi ia atau siapapun pedagang kaki lima dengan uang lebih alias tip. Mereka, juga ibu di hadapanku, terlalu tangguh untuk mendapat tambahan uang di luar harga pokok.

'Sendirian, Den?' tanya si ibu padaku.

'Sama teman saya, Bu. Dia sudah ke dalam.' jawabku sambil menyedot teh.

Rohiya sudah masuk tak sabar menikmati kekenesan para ikan. Kami berpencar karena aku lebih pengin lihat burung. Ada yg menarik soal Rohiya; meski ia anak teknik yang dikesankan sangar, Rohiya punya sisi lembut menggemari perilaku ikan. Pernah suatu malam, waktu kumau meminjam indomie karena lapar, ia mengobrol dengan ikan ikan di akuariumnya.

'Hai, Bono! Kamu sudah garap PR?' tanyanya.

Jam dua belas malam saat itu. Tak jadi aku masuk kamarnya. Mengupinglah aku di mulut pintunya. Kupastikan aku tak berisik agar aksi ganjil Rohiya terus berlangsung.

'Matematika ya, Bon? Kamu sudah ajari teman temanmu, kan?' lanjutnya.

Rohiya mengetuk ngetuk kaca akuarium. Ikan koi warna emas menyala tampak sedang menanggapi pertanyaan si empunya. Ikan ikan koi lain mondar mandir bareng sapu sapu yang malas di dasar.

'Jangan pelit bagi ilmu, Bon. Kau bikin pintar ikan lain dapat pahala. Apapun nanti yang kau lakukan jadi berkah.' Rohiya berpesan.

Karena tak kuat menahan lapar, aku pergi ke warung burjo. Dua piring nasi telur kusantap. Kulupakan sejenak keunikan Rohiya malam itu.

'Oke, Bu. Saya ke dalam dulu.' seruku pada ibu pedagang minuman.

'Matur nuwun, Mas.'


_________________________
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie.blogspot.com
Sumber gambar: Daniera

Tidak ada komentar