Header Ads

Renny Bercerita si Ricky Pramusaji Mi Ayam Anti Galau


Mulut Renny sobat Tasikku nyerocos habis di ujung telepon. Ia memamerkan kebolehan anak buahnya bernama Ricky dengan sangat antusias. Mulai dari meracik mie ayam secepat Flash Gordon, menyajikannya ke pelanggan seperti seorang Balerina, atau menerima uang bayaran dengan sigap laksana debt collector bengis.

'Saya suka kerjasama dengan Iki, Dan!' serunya. Iki panggilannya buat Ricky.

Suara Renny menggelegar sampai di kupingku sakit sekali. Kok berbau sangit, ya? Kukenal Renny punya ilmu gaib yang dari jarak berapapun auranya bisa kutangkap. Mungkin hari ini ia menstruasi jadi dari gagang telepon bisa kubaui kesangitannya jauh dari Tasikmalaya.

'Kau kudu periksa ke dokter kandungan, Ren.' ucapku tak sadar.

'Apa maksudmu?' tanya Renny yang suaranya terdengar kebingungan. 'Sudah cukup dua anakku. Repot kalau kebanyakan. Kau tahu, aku harus mempertahankan kecantikan luar dalamku tanpa anak yang banyak, Dan ....'

Kuteriakkan astaghfirullah berkali kali. Tahukah Anda jika Renny sosok ibu yang suka mengemil dan tidak gemar berolahraga. Jadi bisa dibayangkan jika selulit bisa sampai kelopak mata Renny saking malasnya ia memeras peluh.

'Lupakan tadi tentang dokter kandungan.' pintaku. 'Gimana tadi si Iki?'

Renny batuk sebanyak lima kali. Kuhitung betulan karena bagiku batuk perempuan berbobot 75 kg dan tinggi badan 163,34 cm itu unik. Seperti berahi seekor kucing betina yang tak memandang musim kawin.

'Sebentar, sebentar, aku bikin kopi dulu, ya .... Tunggu jangan kabur! Kutikam kau dengan ajian "Nyi Wahyuni Mencengkeran Telor Dua Biji'!'

KLUTEK .... Telepon sunyi dan latar belakang di sana kudengar bunyi sendok berdenting mengaduk sesuatu. Kopi Renny. Ya, sulit membedakan Renny dan Luwak. Aku pernah mencoba kopi racikan Renny, bagaimana rasanya? Bikin ibu ibu hamil langsung brojolin bayinya. Memperlancar persalinan, gelaknya suatu masa.


***

Ricky pemuda dua puluh tahun. Badannya bongsor karena ibundanya dulu mengidolai Mike Tyson. Lulus SMP, ia tak seperti anak zaman sekarang yang manja manja genit. Ia langsung bangkit cari kerja. Apapun yang halal ia lakukan buat bantu orang tuanya.

'"Kasihan Ayah Bunda, Teh!" Iki bilang begitu ke aku, Dan.' Renny bercerita.

Pernah Ricky bekerja jadi buruh bangunan. Ia mengaduk campuran beton; mencampur semen, air, dan kapur. Berjalan satu tahun, ia bosan karena anggapannya sudah cukup dan pengin mimpi besarnya segera terwujud: Pengusaha Andal.

'Semangat Iki luar biasa, Dan!' tambah Renny.

Renny lalu menceritakan awal mula pertemuan dirinya dengan Ricky. Saat itu Ricky lantang luntung di terminal. Ia mau ke Jakarta mengadu nasib barangkali benar mimpinya jadi pengsaha tercapai. Atau minimal jadi artis sinetron. Figuran juga boleh. Nah, Renny yang menggendong sekarung beras terjatuh.

'Aih, saya jatuh nikmat nih ....' teriak Renny.

Sekonyong konyong jiwa kepahlawanan Ricky terpantik. Ia pengin sekali menyobek bajunya laksana Superman dan membalik posisi cawat dan celanan. Tapi itu jelas tak mungkin karena Ricky punya keturunan Habib. Baginya, menjaga aurat sangat penting.

'Teh, hati hati! Saya bantu ....' Ricky membantu cepat Renny.

Renny di ujung telepon menyeruput kopinya berisik, 'Aku mengangkat dia jadi punggawaku. Dia bantu aku di Kedai Qu! Tak salah aku angkat dia jadi pegawaiku. Cekatan meski agak centil!'

Aku tertawa mendengar Renny berkata Ricky ialah punggawanya. Mereka seperti Mak Lampir dan Grandong.

'Centil bagaimana?' tanyaku.

'Dia meski gemuk tapi bisa terbang.'

'Terbang?'

Renny mendesah manja, 'Dia nggak takut naik naik genteng buat benerin. Terus pernah dia nonjok cowok yang mukul cewek. Gagah benar ya?'

Kuiyakan saja karena takut Renny marah dan ia akan memukul brutal suaminya yang super pendiam. Kontras dengannya yang seperti gagak kerasukan jin bencong.

'Centilnya ya itu ... Dia suka telepon cewek!' Renny tertawa ngakak. 'Biar saja buat hiburan dia.'

KRAK

Telepon mati. Seperti biasa, pulsa Renny habis. Anda tahu lah, aku tak pernah menelepon dia bukan karena irit pulsa. Jelas aku kalah soal urusan ngobrol. Renny lebih unggul karena bakatnya di mulut. Aku, pendiam elegan. SMS masuk ke Hapeku: 'Besok lanjut lagi tentang Iki, ya. Nuhun! Sori pulsa sekarat.'

Kubalas: 'Iya.'


__________

Sumber gambar: FB Renny Aprilia Gunawan
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com


Tidak ada komentar