Header Ads

Sisir Rambut Penghenti Perang


Ini tentang sisir rambut. Semalam kupilih satu di antara puluhan sisir yang menggantung di swalayan. Kumengaku dosa telah cedera janji untuk selalu ke pasar tradisional jika mencari barang apapun. Tapi ber
hubung waktu yang mepet, jarak swalayan dekat dengan rumahku, dan rambut kudu cepat rapi karena acara khitanan keponakanku, mau apa dikata.

Ada yang spesial dari sisir warna merahku ini. Tangkainya lengket ke telapak tangan dan kepalanya yang beruji banyak menempel di kulit kepala dengan lembut. Kata si Mbak SPG tadi, 'Aliran darah kepala Anda akan lancar, Pak!'

Memang betul, cermin rumahku saksinya. Saat aku mengorek rambut kepala ke belakang dan samping, wajahku berubah cerah. Ajaib kubilang. Aku menebak pabrik yang memproduksi ini, kuyakin mempekerjakan karyawan lokal yang sangat trampil, punya formula khusus.

'Apa sisir ini mengandung elektromagnet ya?' batinku sembari menjelajahi ujung ke ujung sisir.

Tidak, jawabku! Wong murah harganya. Kalau mahal aku masih bisa terima. Atau, wah ... ini agaknya yang mendekati benar.

'CEO pabrik sisir seorang nenek sihir!' seruku keras sampai adikku di dapur bertanya apakah aku baik baik saja.

Aku yakin ini benar. Si nenek pemilik perusahaan sisir sebetulnya punya masalah kerontokan rambut. Ia coba sampo merek ini dan itu, tak cocok. Perawatan rutin krimbat pun tak bisa mengurangi helai demi helai rambutnya yang jatuh ke lantai. Si nenek nyaris gundul dan frustasi. Walhasil, ia membikin sisir khusus yang sekaligus pemijit agar akar rambut kuat.

'Botakku tertahan!' girangku.
'Kakak, kamu mabuk?' tanya adikku lagi.

Kupercaya ini. Lalu, kalau aku minta temanku pakai sisir ini, yang beda jenis rambutnya, keriting lurus atau kribo, apakah akan lebih mengakrabkan mereka satu sama lain. Tak saling bertengkar karena kepala mereka adem. Ujungnya perang tak ada?

Wah ... hebat! Kucoba pasti.

_______________________________
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com
Sumber gambar: vemale.com

2 komentar:

  1. wahhhh mesake belum ada yg kumen wakakakkaka
    hhmmmm masih mencoba mengikuti arah otakmu

    BalasHapus
  2. Ya ampun ....
    Pecicilan di sini juga?
    Kurang kerjaan, Ki Demang .... :P

    BalasHapus