Header Ads

Lelaki Berkalung Jam Tembok


Sepanjang jalan, ia terus mengoceh tak jelas. Di dadanya ada jam dinding yang menunjukkan pukul tiga kurang lima menit. Sore hari ini tak panas hingga si lelaki berkalung jam tembok itu tak banyak mengeluarkan keringat. Tanpa alas kaki, ia menyusuri jalanan yang entah tujuannya.

'Wahai wahai engkau yang di dekatku, lihatlah aku dengan jamku. Kukasih tahu engkau kal

au waktu sudah dekat. Kematian kita sudah di depan pintu. Sambutlah!'

Begitu ia berkata sambil merapikan rambutnya yang nyaris seluruhnya beruban. Apakah ia seorang malaikat yang menyamar? Atau, seorang penghuni rumah sakit jiwa yang berhasil lolos saat para penjaga ketiduran?

'Kemarilah engkau kalian mendekat padaku. Tepuklah jam tembok ini dan kembalilah ke rumah. Pasti kalian lepas dari kematian. Hidup kalian akan panjang. Uang, jodoh, kemuliaan hidup segera bertandang. Cepatlah!'

Lagi ia mengeluarkan kalimat yang kali ini ia celotehkan dengan sakral. Bersama dengan angin yang berembus sangat lembut, si lelaki sekarang berjingkrak jingkak sampai jam temboknya melonjak dan menghantam dagu si empunya itu.

'Jam tiga sebentar lagi. Kalau kalian tidak menepuk jam ini,' si lelaki mengelus jam di dadanya. 'Tunggu saja akibatnya!'

Dan ia berlalu menampilkan punggungnya yang sudah kabur. Lalu ia mengecil dan menghilang di sana rerimbunan hijau.


________
Sumber gambar: telegraph.co.uk

Tidak ada komentar