Header Ads

Night Rythms

Menjelang deru orok para bangsawan. Para jelata berkeliaran di panggung panggung, di belokan lampu lalu lintas menjajakan sekadar rasa. Di antara kebaikan dan keburukan, ada abu abu yang terlupakan oleh manusia banyak. Saat burung kembali ke sarang, ada saja entah sang induk atau anaknya mencuri curi waktu untuk lebih berlaku. Lebih berekspresi, begitu ia bilang.

Kaki kaki naik ke kursi di warung warung remang atau bercahaya. Menggosip para pemain bola yang aduhai bermain, atau suporternya yang berangasan menuntut pujaannya menang terus. Dan kopi kopi terus digelontorkan, bersama dengan puntung puntung rokok tak habis yang dibuang ke bak sampah. Lilin menyala menggantikan listrik yang semakin melangit. Tak kuat dibayar Janda Cici beranak empat. Para penggemar warung Cici terus bercengkerama, tanpa ada rasa bejat yang timbul.

Di pos ronda, empat bapa bermain judi. Tanpa uang yang dipertaruhkan. Mereka bahagia. Merasa di Makau bertas penuh uang kertas. Untuk dilipatgandakan dengan melempar dadu, memutar permainan, atau menebak jitu apa yang akan keluar dari mesin pencetak kegembiraan. Semua gembira, di pos ronda. Tak terpikirkan lagi apa yang harus diperbuat besok hari untuk menahan laju kemarahan para istri.

Satu rumah penuh omel. Sang istri menjerit, susu anak habis. Dan bayi menangis kencang, bersama gerutu sang ayah yang hanya bisa ditahan. Payudara tak mampu lagi menghasilkan susu paling bermutu. Karena kerja yang padat, menyendat produksi, selanjutnya kaleng kaleng formula menjadi ganti. Sayang, sang ayah tak bekerja lagi. Dipecat dari perusahaannya karena berlaku tidak pantas; menyembunyikan barang yang bukan haknya. Ini menjadi malam paling kejam sepanjang hidup keluarga itu. Menjadi miskin adalah jawaban yang sekarang didapat.

Pak Presiden masih di kantor. Ditemani sang Ibu Negara yang mengoceh tak jelas arah. Mereka berjanji tak tidur sebelum segala impian negara tercapai. Jika sumpah ini dilanggar, seluruh keturunan tak berhak lagi mendapat pujian. Justru cacian dari anak bangsa, yang sesungguhnya tak tahu terima kasih. Dan  tidur pun, cuma satu jam. Tidak boleh berlebihan wahai Pak Presiden. Ajaklah tidur Ibu Negara.

Malam malam penuh sensasi. Di bumi khatulistiwa.


Tidak ada komentar