Header Ads

Mentari, Rembulan, dan Gerhana: Hisab di Akhir Ramadan

Dunia serasa sempit jika kau merengek. Tak usah bersedih, ada harapan di sana. Di tempat yang tak kau nyana nyana. Tak jauh, pula tak dekat. Jauh dari penglihatanmu, tapi sedekat ujung hidungmu. Mari, mencari. Jangan dicari. Karena kerja lebih baik dibanding dikerjai.

 Mentari turun. Mendekati lapis bumi. Ia ingin berbincang dengan para beruang kutub, penguin, atau burung flamengo. Bertanya, apakah ia terlalu panas, galak, membuat es es mencair. Dan membuat penduduk bumi tak lagi bebas bermain di hamparan es.

 Dan, mentari pun bertanya. Ia bergerak, menanyakan kepada mereka yang dilayani. Berharap tak ada keluh kesah atas kerjanya menghangatkan bumi. Tugas dari Tuhan yang Maha Pencipta. Mentari sungguh telah berubah. Dari congkaknya, dari sombongnya, lebih peka kepada sesama.

 'Panasku sudahkah enak kau rasakan?' Mentari bertanya kepada beruang kutub.

'Terlalu panas. 5 derajat saja.' perintah beruang kutub.

'Baiklah, aku atur lagi. Terima kasih atas masukanmu.' Mentari memperbaiki dirinya.

 'Keringatku apakah cukup mengisi danau ini wahai burung flamengo? Untuk kau berenang di sana? Bersama kawan kawanmu.' ucap Mentari akrab.

'Sudah pas. Hangat pula. Kami suka.'

Jawaban pimpinan kawanan flamengo membikin sang Mentari senang. Gembira jika pengorbanannya selama ini membuahkan hasil yang manis.

Bagaimana dengan penguin? Apakah kawanan burung cantik itu puas dengan kinerja sang Mentari?

Belum ada jawaban. Mentari keburu balik ke langit, kembali bertugas. Karena hari sudah mulai malam. Bulan menggeser. Saatnya pertunjukan beralih, dari kegagahan khas mentari menjadi permainan cantik nan membuai a la bulan. Ya, rembulan.

 Sekarang bukan beruang kutub, burung flamengo, atau penguin. Tapi rembulan akan bertanya kepada: sang serigala yang rakus, burung hantu yang menyeramkan, atau tikus tikus malam pengganggu tidur para juragan yang mengeloni tumpukan uang mereka.

 Mentari - rembulan dan gerhana.

6 komentar: