Header Ads

Laptop saya sayang, laptop saya malang

Komputer kesayangan saya berdengung. Teknisi bilang, kipas kotor dan harus dibersihkan sendiri. Oleh saya. 
 Blaik. 
 'Saya pelanggan. Pemakai jasa Anda. Bagaimana bisa saya harus memperbaikinya sendiri?'
 'Masa garansi komputer Bapak sudah habis. Sudah dua tahun lewat.'
 'Jadi, kalau di luar masa garansi itu, saya harus membayar biaya servis?'
 'Prosedurnya seperti itu Bapak.'
 Agak mengganggu, percakapan persis Cinderella. Beberapa kali masuk ke kantor perwakilan ini tak ubahnya selalu berujung sama, kecewa. Dahulu, saat pertama kali membeli produk, saya bersungut sungut. Karena penjelasan yang diberikan mereka tak menguntungkan saya. Kedua, ketiga, sama. Anehnya, saya masih terus saja memohon. Menunduk untuk mengiyakan segala yang dilentingkan dari mulut para marketing, tukang servis, dan lain lain. Daya kritis saya menghunjam masuk ke dasar jurang. Hal detail saya lupakan. Apakah ini bibit bibit kebobrokan saya? Tak mengindahkan, oh sialan. 
 Customer, penikmat kustom, pemakai produk, selalu tak diuntungkan dari berbagai sudut pandang. Harus mengikuti perintah para kapitalis, pemilik modal, yang memaksakan perilaku mereka langsung ke sungsum pembeli. Rasakanlah hidup di negeri penuh lomba mengumpulkan modal modal dan modal. Matilah kita yang tak kreatif menyikapi kerasnya hidup, dicekok para pelaku bisnis kejam tak bernaluri. Hanya insting menjual barang yang mereka punya. Selebihnya, banyak mahasiswa pelajar bolak balik ke toko komputer. Untuk menaikkan rating mereka di depan para calon pembeli, karena dianggap toko mereka ramai, barang laris dibeli. 
 Sudahlah, saya bersyukur masih mempunyai komputer. Masih banyak yang belum beruntung. Tuhan, maafkan saya. 




Tidak ada komentar