Just Yes Man
Di sana berkumpul orang orang satu kata. Mengucap kata 'iya' dan mengangguk dengan rasa puas. Mengepulkan asap, bergoyang tangan untuk memamerkan jam terbaru, atau sekadar bolak balik ke kamar kecil untuk mengomando usaha mandiri dalam jarak jauh. Semua bisa dilakukan di tempat yang begitu megah tanpa awan hitam yang akan meruntuhinya.
Pemimpin kami: Cenayang berbadan gemuk. Tak gempal penuh gajih siap sayat.
Membuka sidang dengan cemot ceremot kata. Memberi kesan jenius di awal jabatan. Entah itu sebagai sindiran terhadap sang Presiden yang terlalu manja dan genit saat berkompetisi. Atau, memang begitulah ia. Yang menjadi dewan penasihat partai yang selalu berkata 'emoh, emoh, dan emoh.' Inilah keajaiban yang terjadi di masa tayang dewan.
Mahasiswa sudah jengah dan tak mau lagi untuk turun ke lapangan. Mereka takut dikejar kejar, atau di dar der dor seperti Abdullah yang disangka teroris. Lebih kejam dibanding masa represif dahulu, orang diberi teror dengan halus. Agar negeri disangka aman, dan kepercayaan masyarakat internasional tumbuh dengan pesat. Dan inilah negeri kami yang penuh dengan infotainmen. Menggelar segala keindahan, berawal dari tingkah polah artis dan para buron berdasi yang lari terengah engah karena segala tindakannya telah terendus oleh Komisi Pengkhianatan Bagi Koruptor. Ya, ya, ya, jaksa dan para polisi, dan para komisioner tonjok menonjok untuk sekadar mendapat simpati masa.
Yes, yes, yes, mari kita berharap semoga bangsa menjadi dewasa dengan tontonan ini. Kami menjadi manusia wajar. Manusia Negeri. Anak Negeri yang bersimpati terhadap Nusantara.
Post a Comment