Header Ads

Titik

Melawanmu hanya membuatku makin terjerembab ke dalam lubang ketololan. Karena kau berlindung di antara kalam Tuhan. Jelas aku terbakar sebelum sempat satu hurufku menusuk perasaanmu. Bahaya, lampu kuning, tak layak untuk diteruskan. Membuat mataku semakin minus akibat memelototi seluruh gerak gerikmu. Tak perlu aku menindaki apa dan bagaimana dirimu berkarya. Aku telah menyerapahi dengan puas, seluruh caci penuh kalimat kotor. Kuempaskan, kubiarkan kau meminum darah segar orang orang yang berhasil kau jebak. Memeras mereka layaknya sapi susu. Mulai detik ini, kau adalah masa laluku. Yang entah nanti bertandang, aku mencerna seribu kali. Atau malah mati total kenangan kita. Tak ada sama sekali.

Kau dan aku, waktu adalah penyatu juga pencerai. Titik.

Tidak ada komentar