Header Ads

Sangkuriang saja menendang perahu ...

Orang orang aneh. Begitu pun diriku. Dunia yang aneh. Juga kehidupanku. Makanan rupa rupa, belum semuanya kucicipi. Pakaian, motor, mobil, rumah kredit, ah ... Hilang sudah bersama kedip mata. Cling, layaknya bening piring atau raibnya mimpi?

Tak usah terburu buru. Bukannya tak bisa, tapi untuk apa? Begitu sang Guru di kelasajaib berujar. Sangkuriang saja menendang perahu di subuh hari. Kita, yang tak punya kelebihan aji, kenapa harus tergopoh gopoh ingin mencapai mimpian seangkasa? Tuhan tidak memaksa, tapi Ia mengajari kita untuk berlaku apa adanya. Spesial tapi juga tak mendentum. Begitu kira kira aku mengambil sari pati kata dari dia. Dia yang pernah menyelamatkanku. Dan kini kuhujat. Dan kini kumintai maaf. Dan, ah biarlah sekarat padanya. Aku saja yang masih muda. Dia sudah tua, doa berbunga kepadanya.

Pagi, siang, petang, dan malam. Sepakbola di Eropa mengapa ditayangkan di Nusantara pada tengah malam bahkan subuh hari? Tidak satu waktu. Indah karena berbeda. Jika saling beranggap ini dan itu, masalah rasa karena angin telah melembekkan kerupuk. Dan dunia indah, indah yang kadang kita tak indahkan.

3 komentar:

  1. Red-biarlah sekarat bukan padanya

    BalasHapus

  2. Mimpimu kandas dihajar desakan lambung?

    BalasHapus
  3. Lambung kena mag, jd harus diberi urus urus biar teteknya keluar. Itulah ibu sejati. Tidak hanya susu formula.

    BalasHapus