Header Ads

Menanti Meledaknya Bom Waktu, bernama Rasisme, di negeri ini?

Rasis tak hanya milik botoh atau jakmania. Tak jarang diri ini menyimpan rasa praduga. Tak hanya hukum yang tak membolehkan menduga. Tapi kenapa lagu Dewi Yull dan Broery Pesolima/Marantika, jangan ada duga diantara kita, menjadi RBT di era anak anak ben sekarang?

'Daripada aku berteman dengan si Yadi, yang suku X, lebih baik musuhan sama 1000 orang batak, yang jelas musuh dan kawannya.'

Ada apa gerangan ini? Apakah ini kegagalan Pancasila mencetak anak anak bangsa? Rasis, sebuah bom waktukah di negeri inh? Perlukah kita melakukan ruwat raya untuk melepas rasa saling bermusuhan yang semu ini?

Telah kudengar suku A memusuhi suku B. Dari kecil. Suku B menganggap suku C tak doyan bekerja, hanya mengandalkan tanah temurun, suku C memendam rasa beku buat suku A. Ah lingkaran setan. Betapa membuat bangsa yang kompak hanya slogan belaka. Tak cukup berucap, harus ada pergerakan nyata untuk melepas rantai setan itu. Mungkinkah bangsa ini bertahan dari rasisme yang menggerogoti akar negara?

Terlalu dini membahas rasisme di negeri yang Gemah Ripah loh Jinawi. Karena kita bukan Inggris dengan Hooligan, AS yang memiliki Klux Klux Klan, atau Iran dengan Ahmadinejad yang secara tak sadar berlaku rasis. Tapi kita bergerak menjadi negeri rasis. Tinggal menunggu bom waktu rasis meledak di negeri ini.

Tidak ada komentar