Header Ads

Eyang Putriku Pahlawan Sepeda RI, Pencetus Bike to Work sejak zaman Kolonial

Hai pesepeda betina yang menggenjot pedal, bergulik gulik pantat, menganga mulut ngos ngosan, sambil memakai sepatu hak tinggi di seluruh Indonesia. Jangan berbangga dahulu, menganggap kalian peduli kepada Bumi kita yang tengah meranggas. Bukan kalian, Eyang Putri saya yang memulai program Bike to Work.

'Bersepeda menyehatkan dan membuatku bodi saya sintal.' Begitu saya membaca catatan Eyang putri.

'Jangan bersepeda, aku khawatir kandunganmu yang sudah besar itu. Apalagi kegemaranmu memakai jarik. Aku takut jarik itu masuk ke jeruji.' Di lain pihak Eyang putra berkomentar, ditulis oleh istrinya. Ya Eyang Putri.

Eyang putriku memang dikenal sebagai sosok trengginas. Apa apa yang tidak umum pada zamannya, ia libas. Pernah suatu kali ia memakai sepatu hak tinggi. Jika kalian mengaku anak gaul, eyangku lebih awal merintis. Anehnya, sepatu suaminya diberi tambahan potongan bambu. Tidak tahu persis bagaimana lucunya momen itu. Aku meyakini, eyang putri sangat modis. Mpok Nori atau Leyla Sari, lewat.

Bekerja di pasar, naik sepeda sendirian sejauh 15 kilo. Kebiasaan ini kian menjadi jadi saat ia resmi menjanda, ditinggal mati suaminya. Sebelumnya masih main petak umpet. Ia masih sehat hingga sekarang. Bisa menggunakan telepon genggam. Ini nomornya: 0292 551296

1 komentar: