Header Ads

Berhenti Beternak Tuyul. Menjadi Peternak Kambing Amatir

Beternak kambing. Meninggalkan usaha culas dengan memelihara tuyul. Sudah dua putri, seorang pembantu tukang cuci mobil, dan anak adopsiku yang berumur dua tahun menjadi tumbal. Cukup, aku dan istri tertekan batin, tak ingin para tuyul menjadi senjata terdepan untuk mencari nafkah. Konsultasi kamu dengan Pengasuh Nada dan Dakwah, mewajibkan kami agar insyaf.

Lima tahun kami menjalani praktik dosa ini. Banyak harta kami hasilkan. Terkadang panti asuhan kami sumbang. Tanpa menyebut muasal uang kami. Senang melihat orang kecil tertawa, membeli baju baru dan memakainya. Serasa jiwa Robinhood beralih kepada kami. Tapi, Minggu Kliwon kemarin petaka terjadi. Kami lupa jika jatah tumbal telah habis. Hanya lima. Jika kami lanjutkan, aku atau istriku yang kena.

Tak cukup sampai disitu, para tuyul melakukan demonstrasi. Mereka menuntut kenaikan gaji sesuai hasil curian yang mereka dapat. Uang sudah kadung dibelanjakan. Hanya tersisa dua ratus ribu. Dan para tuyul memberi deadline satu jam. Uang dari mana?

Tuyul tak tahu diuntung. Mereka minggat dari rumah kami. Kami tak tahu harus bekerja apa untuk menghasilkan uang. Tak mampu rasanya bekerja memeras otak dan tenaga. Sudah terbiasa bekerja dengan bantuan para tuyul. Oh betapa hidup telah menyiksa kami. Akankah kami mati sebagai penebusan dosa dosa? Uang dua ratus ribu apakah bisa dibelikan seekor kambing? Belum tahu.

1 komentar: