Header Ads

Menuju Impian Menjadi Novelis Sejati

Mengatur emosi adalah keniscayaan bagi seorang novelis. Mengolah rasa, meletupkan, menahan, mendatarkan, menjerumuskan, sangat dibutuhkan. Tak satu atau dua sisi berpikir yang diajukan, tapi banyak sisi. Ini bukan berarti seorang novelis adalah insan yang plin-plan. Tidak. Memang dibutuhkan keahlian khusus bernama ketrampilan menulis. Mustahil jika novelis orang biasa saja. Pasti dia mempunyai berbagai karakter, berkepribadian unik, dan sukar ditebak. Jika semua itu dilanggar, dijamin rasa cerita akan datar, standar, biasa saja.

Manusia butuh cerita. Dengannya, ia akan mendapatkan asupan energi yang besar dalam menghadapi hidup. Fiksi adalah salah satu pilihan membuka rahasia itu.

Menuju impian menjadi seorang novelis sejati.

8 komentar:


  1. Andhyyyyyy aku pingin menjadi sepertimuuuuu....

    ....
    ....
    ....
    .... Tapi ngga agh, jadiku saja lebih menyenangkan. Tanpa pretensi, tanpa tendensi.

    BalasHapus
  2. Oke
    Selamat menjadi diri sendiri
    Daripada mati jadi orang lain
    Di kuburan ntar dikirain kembar dong

    BalasHapus

  3. Kau ke neraka aja ya, aku ke surga, gimana? Akur lah.

    BalasHapus
  4. Ya Tuhan. Jahat nian.
    Aku belum make up an. Di surga saja. Mereka menerima orang tidak menor.

    BalasHapus

  5. Aku ikut.... Malaikat Penjaga Surga senangnya rokok merk apa ya? Biar kubelikan.

    BalasHapus
  6. Katanya kamu dah di dalam surga. Dasar Inem.
    Masak mau ikut aku masuk. Alur ceritanya maju mundur ya. Ha6
    tapi okelah, produser menerima. Merek rokoknya 'Sundut Matamu ala Ananda Mikola'
    ga nonton gosip ya? Uh seru pisan euy

    BalasHapus
  7. Katanya kamu dah di dalam surga. Dasar Inem.
    Masak mau ikut aku masuk. Alur ceritanya maju mundur ya. Ha6
    tapi okelah, produser menerima. Merek rokoknya 'Sundut Matamu ala Ananda Mikola'
    ga nonton gosip ya? Uh seru pisan euy

    BalasHapus