Header Ads

Melakukan Ritual Di Gunung Kemukus: Demi Sebuah Gelar Penulis Bestseller

Bercakap cakap terasa sulit jika dituliskan. Berbeda dengan mengucapkan karena bibir tak memiliki rem. Menahan laju deskripsi membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Layaknya rambu 'P' dalam coretan. Perlu strategi khusus bernama kenakalan. Menerabas aturan. Dan kita berhenti di titik 'P'. Berhenti untuk parkir sebentar. Kencing dahulu, membeli minuman panas, dan berujung dengan basa basi percakapan bersama si penjual arak. Mabuklah, buat teler diri kita melalui perundingan a la Konferensi Meja Bundar yang amat alot. Tapi hindari alot. Capai efektivitas dalam bercakap. Sama dengan deskripsi, komunikasi diusahakan mendekati nyata. Jika A, A. B, B. C, C. Dan seterusnya.

Mari kita mulai dengan sesi percakapan.

Namamu siapa? Tidak, Bolehkah saya bertanya siapakah nama Saudara. Terlalu berbasa basi. Jika dirasakan tak masuk akal.

Pasti orang lain menjawab seperti ini: Saya John. Tak mungkin jika ia melontarkan pertanyaan balik, Anda siapa? Pipi Anda akan digampar oleh para pembaca.

Berikut timbal balik komunikasi sarat isi. Yang dicapai tidak panjang lebarnya kalimat yang diucap. Tidak. Efektivitas dan tepat sasaran.

Baik, sekarang pertanyaan dari saya. Perhatikan baik baik.
Siapa yang berkomunikasi?
Orang.
Berapa manusia? Dua, tiga, gerombolan, satu negara?
Bisa saja. Kemungkinan itu pasti ada. Sutradara cerita yang bertugas. Memandu pemain untuk berperan sebaik mungkin.
Cobalah dua karakter.
Fajar, berkarakter pendiam.
Fajarwati, cerewet sekali.
Beda bukan?
Pelajaran belum berakhir. Kereta masih menuju banyak stasiun.

Tidak ada komentar