Header Ads

Ketika Ibu Hamil menjadi Penguasa Bus Kota: Jangan Beri Bangku

Ibu hamil berdiri di sebelahku. Kubiarkan saja. Biar persalinannya cepat. Membantu para bidan, menyukseskan program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Bus kota sudah sesak. Ibu hamil kurang kerjaan. Memang tidak ada taksi? Ah dasar biang kerok kemacetan. Bikin gara gara,membuat gempar jalan raya. Pak sopir kelabakan. Tak mungkin dia jadi bidan dadakan. Bukaan kelima sudah menjerit kencang. Tuhan Maha Besar. Lari dia meninggalkan tanggung jawab.

Tolong kepada penumpang memberi tepukan bergemuruh. Sorak sorai bersama sama.
Embus, tarik, embus, tarik.
Suporter sepakbola merasuk ke jiwa penumpang bus kota. Kesetanan, sebentar lagi atap mobil lepas dikoyak mereka. Digoyang goyang. Diobrak abrik. Obor dipantik, biar mereka tahu proses melahirkan seorang ibu. Gelap ini bisa terang. Mata melotot melihat vagina seorang ibu. Sama bukan dengan pintu stadion bolasepak yang dibuka paksa para bonek. Masuk tanpa izin, pertandingan berhasil digagahi.

Tangis bayi memecah keramaian. Bisu menjadi. Sang bayi bingung.
Ayahku di mana? Ratapnya.
Para penumpang menangis cengeng. Ibu hamil yang sukses mengeluarkan hajat menangis pula, tapi bangga. Lisa Rumbewas zaman sekarang.
Pak sopir memacu kencang bus menuju rumah sakit. Tak terlambat memang, tapi kurang tepat. Hanya. Praktis polisi, dokter, jaksa, tertawa besar.
Bodoh kau sopir! Kerja begitu saja tak becus.
Diam. Malu aku menjadi penertawa pengawal pendapat. Sopir pengakhir pendapat. Para penumpang yang keranjingan di seluruh waktu perjalanan.
Dan buat ibu hamil, kukalungkan medali perunggu Olimpiade.

2 komentar:

  1. hihihi kisah si ibu hamil dan bayinya kok menyedihkan sekali to dhan, kamu punya dendam apa ama ibu hamil?? :P

    BalasHapus
  2. Tepatnya aku pengih hamil. hahaha
    biar merasakan penderitaan, kebajikan, dan penumpasan dendam ibu ibu pada dunia yang telah bengis menerima mereka. Hahaha. Bravo!

    BalasHapus