Header Ads

Melihat Isteri dan Anakku dalam Tiang Gantungan

    Dalam tiang gantungan kau terbujur kaku. Matamu tajam menatap kematian dengan terpaksa. Anak yang kita buat, terjuntai juga mayatnya di sebelahmu. Hatiku tercekat, tak menerima keadaan. Marah, namun air mata tak kuasa bergulir menyambut tanah. Kalian, bagian hidupku, mati di ujung gantungan.  
    Aku dan segala kuasaku. Meraih asa yang tak kunjung redup, melepaskan sementara bahtera keluarga kita. Kini semua musnah. Tak kebanggaan tubuh yang kudapat, pula engkau dan putera kita melayang. Hanya sesal yang kudapat, mengapa ladang tak menjadi kerjaku.  
    Kuratapi hidup ini, semampuku, meneriakkan rasa sesalku atas semua kebodohanku. Meninggalkan kalian berdua, hingga kutemui mayat di hadapanku. Oleh tentara biadab, anjing-anjing jahanam yang hanya bisa menerima perintah. Dari penguasa gila, merasa pengganti Tuhan.  
    
    Gelap menaungiku. Kuberpisah dari belah hatiku. Isteri dan putera semata wayangku.

--Jenderal Maximus dalam "Gladiator". 

Tidak ada komentar